Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memburu Permata di Jatinegara

Kompas.com - 20/03/2008, 16:46 WIB

JAKARTA, KAMIS – Jika Anda pemburu permata, Anda tak perlu lagi panas-panas ke Pasar Rawabening. Mungkin tepat bagi Anda untuk datang ke basement Pusat Grosir Jatinegara (PGJ).

Mulai dari sebulan hingga dua minggu yang lalu, para pedagang permata dan batu-batu mulia yang biasanya berjualan di pasar Rawabening sepakat pindah ke Pusat Grosir Jatinegara karena bangunan di Rawabening yang sedang dibenahi. Beberapa memang masih bertahan di pusat penampungan di sebelah kiri Pasar Rawabening. Alasannya tidak memiliki cukup uang untuk membeli atau mengontrak kios di tempat yang baru ini.

Para pedagang permata dan batu-batu mulia yang pindah ke PGJ mengaku lebih puas untuk berjualan. Jika di Rawabening mereka harus berpanas-panas, di PGJ mereka merasa lebih aman dan nyaman. Selain itu, customer mereka juga lebih mudah menjangkau tempatnya dan lebih puas dengan fasilitas yang ada.

“Lebih enak di sini memang. Nyaman, parkirnya luas, ber-AC dan aman. Kalau di Rawabening gitu kan agak kumuh ya. Pelanggan-pelanggan saya juga lebih nyaman belanjanya. Di sini juga kita dan pelanggan merasa lebih aman aja untuk bertransaksi. Pelanggan juga menjadikan tempat ini sebagai basecamp, tempat mereka bertemu. Utamanya pelanggan-pelanggan dari luar Jakarta,” ujar Kesuma yang sudah kurang lebih 35 tahun berbisnis permata ketika ditemui Kompas.com di PGJ, Kamis (20/3).

Sultan, yang baru satu tahun membantu ayahnya berbisnis permata di PGJ juga membenarkan pernyataan Kesuma. Dengan kepindahannya ke PGJ, dia merasa para pelanggannya juga akan terpuaskan. “Pelanggan kan juga lihat servisnya ya, termasuk kenyamanan. Di sini kan lebih dingin, ada AC, lebih nyaman aja dibanding di Rawabening dulu,” ujar Sultan.

Kesuma juga menambahkan kualitas-kualitas permata dan batu-batu mulia yang dijual di PGJ tidak berubah. Bahkan mungkin lebih bagus karena di tempat ini memungkinkan bagi para pedagang untuk memiliki peti besi untuk menyimpan produk-produk mereka yang jauh lebih berkualitas. “Kalau di Rawabening mana mungkin, repot untuk punya peti besi,” tambah Kesuma.
 
Harga tak Berubah, Optimis Untung

Perubahan tempat berbisnis pada umumnya berdampak pada perubahan harga produk yang dijual. Namun, Kesuma mengaku harga permata yang dijualnya tidak mengalami kenaikan bahkan cenderung lebih murah.
“Iya malah lebih murah karena untuk memperkenalkan ya harus ada istimewanya. Ya lebih murah itu. Malah saya beli dari teman-teman yang jualan di sini juga lebih murah,” ujarnya.

Kesuma juga mengaku, meskipun masih baru, baginya penjualan batu permata di kiosnya sudah cukup memuaskan dan dia optimis akan dapat meraup keuntungan yang lebih besar. “Ya, setiap hari laku satu sampai tiga lah rata-rata. Ini baru lho padahal. Belum dari langganan-langganan saya,” kata ibu yang sebelumnya memiliki pengalaman yang luas dalam dunia hukum ini.

Kesuma sendiri tidak hanya memiliki pelanggan di Jakarta, tapi juga luar Jakarta, bahkan luar negeri. Para pelanggannya datang dari Bali, Surabaya, Palembang, Jambi dan Medan, juga Hong Kong.

Hal yang sama juga diakui oleh Maulana, salah satu pedagang batu akik. Dia mengaku cukup puas dengan penjualan batu akiknya sejak pindah ke PGJ. “Ya seminggu lumayanlah. Bisa sampai 400 ribuan,” ujarnya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com