Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akankah Pesona "Earnings" Kuatkan Bursa?

Kompas.com - 29/03/2010, 13:33 WIB

KOMPAS.com - Kuartal pertama 2010 telah berakhir, beberapa catatan penting dalam sektor finansial patut mendapat evaluasi. Walaupun pergerakan harga pasar keuangan cukup fluktuatif pada triwulan awal, namun kinerja bursa saham global terbilang masih bagus dibandingkan penutupan kuartal akhir 2009. Sementara mata uang utama, dollar AS, mengawali tahun dengan performa yang lebih meyakinkan dibandingkan periode terdahulu.

Para analis memperkirakan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi di awal 2010. Perusahaan-perusahaan AS diprediksi akan mengalami pertumbuhan penghasilan yang lebih bagus dibandingkan dengan periode sebelumnya. Apabila proyeksi ini terbukti, maka akan menjadi katalis yang positif bagi pergerakan indeks saham untuk bulan April ini.

Menjelang triwulan ke-2, agenda perdana yang paling ditunggu oleh pelaku pasar saham adalah rilis laporan pendapatan korporasi Amerika Serikat pada awal April. Perhatian khusus akan tertuju pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa Dow Jones. Hasil kinerja keuangan industri Amerika Serikat masih menjadi barometer bagi pasar keuangan dunia. Segala pencapaian, baik positif maupun negatif, dapat memberi pengaruh signifikan bagi perkembangan bursa global di berbagai negara.

Pasar sangat menanti laporan pendapatan dari perusahaan yang dengan kapitalisasi besar. Terutama dari sektor finansial, seperti Citigroup, JP Morgan, BofA, Wells Fargo dan Goldman Sachs. Sedangkan nama-nama besar seperti Intel, Microsoft, Apple, Google dan IBM akan mewakili sektor teknologi. Penampilan industri migas akan direpresentasikan oleh Alcoa, Exxon dan Freeport. Sementara Walmart, Target, McDonald, PepsiCo. dan CocaCola memimpin sektor ritel dan beverages.

Meskipun pelaku ekonomi tengah diliputi optimisme, namun bayang-bayang krisis antar kawasan berpotensi membawa efek domino. Masalah utang Yunani masih mendominasi headline media-media bisnis ternama. Tidak banyak terlihat perkembangan berarti dalam penuntasan kasus ini. Sentimen negatif justru menyeruak setelah Pemerintah Jerman menolak terlibat dalam program bail out Uni Eropa karena menilai Yunani belum kekurangan likuiditas.

Kanselir Angela Merkel menyerukan urgensi akan keterlibatan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam penanganan masalah ini. Investor tampak waspada memantau sikap Athena, mengingat dampak kebijakan PM George Papandreou bisa meluas ke penjuru Eropa. Secercah harapan dihembuskan beberapa pemimpin negara eropa seperti Nicolas Sarkozy (Perancis), Silvio Berlusconi (Italia) dan Jose Barroso (Uni Eropa) yang berkomitmen untuk membantu Yunani atas nama solidaritas kawasan. Apabila penanggulangan krisis terus berlarut, dikhawatirkan resesi susulan dapat menular ke negara yang perekonomiannya masih rentan, seperti Spanyol dan Portugal.

Meskipun dinamika ekonomi Eropa banyak menyita perhatian, namun investor tidak memalingkan mata dari kebijakan moneter terbaru Amerika Serikat. Pada pertemuan dewan gubernur terakhir, The Fed mempertahankan suku bunga utama di level 0,25 persen.

Dalam pernyataan resminya, bank sentral mengatakan bahwa aktivitas perekonomian sedang menguat, pasar tenaga kerja mulai stabil dan tingkat inflasi kemungkinan masih tetap di level rendah untuk beberapa waktu ke depan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, The Fed sepakat untuk menghentikan beberapa program stimulus dengan tetap mempertahankan kebijakan bunga rendah. Salah satu kebijakan yang telah dihentikan adalah program pembelian MBS (Mortgage-backed securities) pada akhir Maret lalu. Program ini terbukti efektif meningkatkan nilai surat berharga Mortgage dan menurunkan suku bunga sektor properti (KPR).

Spekulasi lain yang berkembang menyebut The Fed akan menaikkan kembali suku bunga diskonto. Discount rate merupakan suku bunga yang dibebankan kepada bank pengguna fasilitas pinjaman darurat dari Federal Reserve. Padahal suku bunga diskonto ini telah naik bulan Februari lalu menjadi 0,75 persen. Rencananya kenaikan dilakukan bertahap hingga mencapai target sekitar 1 persen di atas suku bunga acuan. Menanggapi keputusan ini, seorang pejabat The Fed mengatakan bahwa penyesuaian suku bunga diskonto ini dimaksudkan untuk menormalisasi fasilitas pinjaman darurat bank sentral dan bukan indikasi perubahan kebijakan moneter.

Sentimen positif dari perubahan suku bunga diskonto diprediksi akan mengangkat pergerakan dollar. Mata uang Amerika akan tetap stabil setidaknya hingga 28 April, saat The Fed mengumumkan lanjutan kebijakan moneternya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

PNS yang Dipindah ke IKN Bisa Tempati Apartemen Mulai September

Whats New
RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

RMKE: Ekspor Batu Bara Diuntungkan dari Pelemahan Rupiah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com