Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Donggi-Senoro Wewenang Kementerian ESDM

Kompas.com - 04/06/2010, 14:08 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menyatakan keputusan alokasi kebutuhan domestik untuk produksi lapangan gas Donggi-Senoro berada di tangan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Kewenangan untuk alokasi gas berada pada Menteri ESDM," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa di Jakarta, Jumat (4/6/2010).

Hatta mengatakan keputusan tersebut telah didasarkan pada rapat koordinasi antara Wakil Presiden Boediono, Menteri ESDM Darwin Saleh dan Ketua UKP4 Kuntoro Mangkusubroto pada Kamis (3/6/2010).

Ia menambahkan keputusan alokasi gas untuk lapangan gas itu, yang akan diputuskan minggu depan, tetap didahulukan untuk kepentingan domestik. Menurutnya saat ini masih ada kendala infrastruktur seperti pengadaan "receiving terminal" bagi lapangan gas Donggi-Senoro, yang diprediksi memiliki cadangan gas berlimpah, sebelum beroperasi total pada 2014.

"Kalau Donggi-Senoro berada di Jawa-Sumatera yang infrastrukturnya ada, 100 persen tidak kita jual, dan keputusan alokasi ini melalui pertimbangan bahwa gas Donggi-Senoro untuk kepentingan domestik," ujarnya.

Hatta mengatakan, menurut studi, alokasi terbaik bagi ladang gas tersebut, 70 persen untuk ekspor dan 30 persen untuk kepentingan domestik yang dapat digunakan membangun pabrik pupuk. "Memang kontribusi terbaik dalam paparan mengenai "gas balance" di rapat kemarin, kontribusi dalam negeri sekurang-kurangnya 25 persen, namun pandangan saya 70-30, kita bisa bangun pabrik pupuk dan sebagian kita ekspor," tambahnya.

Menurutnya, apabila Gas Donggi-Senoro diekspor, Indonesia tidak akan kekurangan produksi gas, karena saat ini masih banyak ladang gas yang belum beroperasi secara penuh dan bisa menghasilkan hasil yang optimal. "Pada 2013, Cepu hampir setara Donggi, dan lapangan lain pipeline dan POD sudah masuk, kita juga kebanjiran gas karena Qatar dan Australia," ujarnya.

Proyek pengembangan gas Senoro diperkirakan menelan investasi 3,7 miliar dolar AS yang terdiri dari dua bagian yakni hulu dan hilir. Di bagian hulu dengan perkiraan investasi sebesar dua miliar dolar AS berupa eksplorasi dan produksi gas di dua blok, yakni Senoro-Toili dan Matindok.

Blok Senoro dimiliki PT Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi dan PT Medco Tomori dengan saham masing-masing 50 persen, sedangkan Matindok dimiliki PT Pertamina EP sebesar 100 persen. Bagian hilir senilai 1,7 miliar dolar berupa pembangunan kilang LNG dengan kapasitas 2,1 juta ton per tahun.

Kilang dimiliki PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) yang merupakan konsorsium perusahaan terdiri dari Mitsubishi Co dengan porsi sebesar 51 persen, PT Pertamina (Persero) 29 persen, dan PT Medco Energi Internasional 20 persen.

Proyek Senoro dikembangkan dengan pola hilir sehingga dengan skenario tersebut, maka pengembangan hulu terpisah dari hilir, dan pemerintah tidak terbebani pengembalian biaya operasi (cost recovery) untuk investasi kilang LNG.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com