Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Riset Mendalam Khasiat Herbal

Kompas.com - 16/07/2010, 14:32 WIB

DENPASAR, KOMPAS.com - Kepala Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan Prof Agus Purwandianto mengharapkan pihak terkait untuk melakukan penelitian mendalam terhadap khasiat tanaman herbal atau bahan-bahan alami untuk jamu.

"Kami sangat berharap kepada pihak yang berkaitan dengan itu dapat melakukan program saintifikasi jamu dalam bentuk upaya penelitian berbasis pelayanan kesehatan, sesuai apa yang telah dicanangkan pemerintah," katanya di Kuta, Bali, Jumat.       Ketika membuka Kongres Nasional Perhimpunan Peneliti Penyakit Tropik dan Infeksi (Petri) XVI dan Perhimpunan Kedokteran Wisata Indonesia (PKWI), Prof Agus menekankan kalangan Petri dan PKWI dapat mengadakan penelitian yang mendalam terhadap khasiat tanaman herbal tersebut.

Dikatakan, pengembangan keilmuan dan riset di bidang penyakit tropik dan infeksi sangat diperlukan, terlebih belakangan ini Indonesia tengah menghadapi beragam penyakit jenis itu yang cenderung mengganas.       Ia mencontohkan beberapa penyakit yang kini makin mengganas, antara lain demam berdarah dengue (DBD), tifus, malaria, influenza, rabies dan yang lainnya. Untuk itu, ia berharap, dari hasil penelitian terhadap tanaman herbal yang nantinya dikemas sebagai jamu dapat dipakai sebagai upaya pengobatan ataupun pencegahan terhadap penyakit tersebut.

"Kami harap nantinya dari Litbangkes, P2Pl dan pihak terkait lebih banyak melakukan koordinasi terkait penelitian terhadap tanaman herbal itu," ujar Prof Agus.

Dikatakan, saat ini ada beberapa tanaman herbal yang sedang diteliti dan dicari data ilmiahnya, seperti temulawak, meniran, dan tanaman lainnya. "Untuk pembuktian ilmiah diperlukan waktu tiga bulan. Nah apabila hasilnya bagus, kami harap tahun depan Indonesia sudah dapat memproduksi jamu secara masal, yang tentunya juga dapat direkomendasikan oleh dokter," jelasnya.

Ketua Umum Pengurus Besar PKWI Prof Jahja Kusyanto menyatakan, saat ini para ahli sedang menyiapkan sembilan formula jamu untuk digunakan sebagai obat unggulan.

"Namun, semuanya masih dalam tahap penelitian, sehingga ketika diterapkan kepada masyarakat tidak menimbulkan komplikasi. Para ahli juga akan memformulasikan apakah jamu itu akan menjadi sarana pengobatan atau pencegahan penyakit," kata Prof Jahja.

Kongres dengan tema "Tropical and Infectious Diseases: From Basic to Bed Single for Better Comprehensive Managemeny" itu  dihadiri sekitar 400 peserta dari kalangan dokter dan peneliti obat-obatan seluruh Indonesia.

Kongres nasioanl yang dilaksanakan oleh Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unud/Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar itu, akan berlangsung hingga 17 Juli 2010.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com