Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemandirian Pemerintah Diuji

Kompas.com - 16/08/2010, 07:07 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kemandirian keuangan pemerintah tahun 2011 akan diuji. Rendahnya ekspor diperkirakan akan menekan penerimaan pajak sehingga pembiayaan utang diperkirakan masih akan menjadi andalan utama keuangan pemerintah dalam RAPBN 2011.

Menurut ekonom Sustainable Development Indonesia (SDI), Dradjad Hari Wibowo, di Jakarta, akhir pekan lalu, melambatnya pertumbuhan ekspor nonmigas akan berpengaruh pada penerimaan pajak. Oleh karena itu, cara paling aman menjaga penerimaan negara pada 2011 adalah dengan menggenjot pertumbuhan ekonomi.

Masalahnya, lanjut Dradjad, pada 2011 Indonesia menghadapi ancaman kelangkaan pasokan energi sehingga pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya ada di level 6 persen. Padahal, potensinya 6,7-7,1 persen.

Ancaman lain yang memengaruhi kinerja ekonomi 2011 adalah nilai tukar rupiah yang over valuasi atau rupiah terus menguat terhadap dollar AS, tetapi diikuti penurunan ekspor dan tingginya impor.

Di sisi lain terjadi lonjakan harga komoditas pangan dunia, dampak dari bencana gelombang panas di Rusia yang berakibat pada berkurangnya pasokan gandum ke pasar internasional.

”Lonjakan harga pangan itu bisa dibalik menjadi pendorong pertumbuhan kalau Indonesia mampu menggenjot produksi pangan. Sektor pangan tahun depan berpotensi dijadikan salah satu pemicu pertumbuhan untuk mencapai minimal 6,7 persen,” papar Dradjad.

Sebelumnya, penelitian gabungan Bank Pembangunan Asia (ADB), Bank Pembangunan Islam (IDB), dan Organisasi Buruh Internasional (ILO) soal hambatan kritis pembangunan di Indonesia menyebutkan, tax effort (upaya tambahan pemerintah untuk menghimpun pajak) di Indonesia terendah dibandingkan dengan negara lain di ASEAN.

Menurut Sekretaris Jenderal Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), Anggito Abimanyu, masalah utama adalah belum optimalnya penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi. ”Penerimaan dari PPh Orang Pribadi tergolong di bawah normal,” ujar mantan Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan ini.

Oleh karena itu, menurut Dradjad, perlu perombakan radikal dalam pengelolaan anggaran belanja negara. Fokus perombakan pada penyerapan, realokasi, dan efisiensi anggaran.

Pos anggaran yang tingkat urgensinya sedang dan rendah, dengan penyerapan di bawah 40 persen pada semester I-2010, disarankan pada RAPBN 2011 dipotong.

Adapun saran Anggito, pemerintah harus serius memperbesar anggaran belanja modal agar lebih tinggi dibandingkan anggaran belanja barang. Belanja modal akan berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi.

Menurut ekonom Fadhil Hasan, ada dua hal yang harus jadi fokus pemerintah dalam RAPBN 2011. Pertama, alokasi anggaran lebih fokus pada proyek yang dapat menggerakkan kegiatan ekonomi, infrastruktur, pemberdayaan pertanian, dan industri manufaktur. ”Kedua, meningkatkan belanja pemerintah sehingga maksimal dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,” ujar dia. (OIN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com