Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bulog Dapat Restu Impor Beras 300.000 Ton

Kompas.com - 19/10/2010, 15:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah merilis izin impor beras untuk Perum Bulog sebanyak 300.000 ton untuk direalisasikan bulan Oktober ini. Hal ini ditegaskan oleh Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar di Jakarta, Selasa (19/10/2010).

Menurut Mahendra, angka izin impor yang sudah bisa dipublikasikan baru 300.000 ton; sementara itu sisanya masih menunggu dari kebutuhan dari Perum Bulog. Saat ditanya izin impor lanjutan, Mahendra memilih bungkam. “Izinnya itu sesuai dengan kebutuhan dari Bulog,” kata Mahendra.

Menurutnya, keputusan mengimpor beras tersebut dirilis untuk menjaga stok beras pemerintah yang ada di tangan Perum Bulog. Pasalnya, stok beras minimum yang harus ada di gudang Perum Bulog harus mencapai 1,5 juta ton untuk menjaga agar harga beras tetap stabil dipasaran.

Besaran beras yang bakal diimpor oleh Bulog ini sesungguhnya sudah dicuatkan oleh Direktur Utama Perum Bulog Soetarto Ali Moeso, sejak awal bulan ini. Menurut Soetarto, sumber pasokan beras impor itu kemungkinan berasal dari Vietnam dan Thailand; dua negara yang sempat ia kunjungi untuk negosiasi pembelian. Ia menegaskan, Indonesia dan Vietnam maupun Thailand sudah memiliki kerja sama untuk pengadaan beras bagi Indonesia.

Soetarto berharap, keputusan impor beras tersebut tidak menganggu petani di Indonesia. Pasalnya, impor beras memang akan berdampak psikologi pada harga beras di dalam negeri. “Walaupun impor dengan jumlah berapapun, tetapi Bulog akan tetap menyerap produksi petani,” jelasnya.

Serap beras petani

Dari petani, Bulog hanya mampu menyerap beras sebanyak 1,85 juta ton. “Target awal kami adalah 3,2 juta ton tetapi rupanya produksi tidak sesuai harapan,” katanya dalam konferensi pers yang dilakukan di di Jakarta (8/10/2010).

Soetarto menjelaskan, jika produksi beras di dalam negeri mengalami pertumbuhan 3,2 persen maka penyerapan beras sesuai dengan target dan stok di Bulog akan mencukupi untuk 2011.

Produksi beras yang tidak naik mempengaruhi daya serap Bulog terhadap beras dari petani. Kondisi ini, menurut Soetarto, terjadi karena adanya dampak El Nino yang mengakibatkan mundurnya musim tanam. “Kondisi ini hampir sama dengan kondisi tahun 2007 lalu,” jelasnya.

Bulog menargetkan, jumlah serapan dari petani yang kini mencapai 1,85 juta ton kemungkinan bisa meningkat menjadi 2 juta ton pada akhir tahun 2010. Artinya ada sekitar 150 ribu ton lagi yang akan diserap dari petani. Hanya saja, Soetarto mengaku akan hati-hati melakukan penyerapan beras tersebut karena bisa memicu kenaikan harga. “Karena harga tinggi, kalau kami melakukan pembelian dikhawatirkan harga bisa tambah naik,” jelasnya.

Saat ini, stok yang tersedia di Perum Bulog hanya mencapai 1,2 juta ton dan akan berkurang hingga akhir tahun; setelah dikurangi kebutuhan beras untuk raskin serta TNI dan Polri. Dus, pilihan utuk mengimpor beras tinggal menunggu keputusan pemerintah. “Yang jelas akhir tahun Perum Bulog mesti memiliki beras sebanyak 1,5 juta ton,” katanya.

Dengan stok beras sebesar 1,5 juta ton, Soetarto menghitung, Perum Bulog bisa melakukan stabilisasi harga saat harga beras sedang tinggi. (Asnil Bambani Amri/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com