Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Tak Becus Atur BBM Bersubsidi

Kompas.com - 09/12/2010, 15:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi Energi DPR (VII) dari Fraksi Partai Demokrasi Perjuangan, Ismayatun, menuding pemerintah tidak becus mengatur penyaluran Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Ia juga mempertanyakan rencana pemerintah tentang pembatasan penggunaan BBM bersubsidi tahun depan.

Ia kecewa, pemerintah tidak menyiapkan solusi yang tepat. Sebab, masalah BBM subsidi merupakan persoalan klasik yang selalu terulang sepanjang tahun. "Menjelang tutup tahun, persoalan itu selalu terjadi, padahal, kuota sudah disetujui sejak awal," kata Ismayatun, saat rapat Komisi VII dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Kamis (9/12/2010).

Terlebih lagi, solusi pemerintah hanya dengan pengajuan kuota BBM subsidi sebanyak 1,8 juta kilo liter (KL). Itu pun, baru diajukan di akhir tahun. "Seakan-akan, DPR hanya dijadikan tempat persetujuan saja," tandas Ismayatun.

Menurutnya, persoalan kekurangan kuota tersebut karena pemerintah tidak tertib anggaran. Sistem pengawasan distribusi BBM subsidi juga gagal dilaksanakan. "Kalau pemerintah bekerja dengan baik, tidak pernah ada kekurangan kuota BBM subsidi," katanya.

Ia menambahkan, meski kebutuhan penambahan kuota itu mendesak, pihaknya tidak bisa menyetujui sekarang. Mereka harus mempelajari dulu lebih mendalam. "Kami tidak bermaksud menyengsarakan rakyat, tapi kami juga harus memastikan bahwa itu memang perlu atau tidak," terang Ismayatun.

Terkait rencana pembatasan penyaluran BBM subsidi tahun depan, Ia juga tidak sependapat. Menurutnya, kebijakan itu tidak akan berjalan efektif. "Selama pertumbuhan kendaraan tetap tinggi, kebijakan itu hanya angin lalu saja," ujar Ismayatun. (Epung Saepudin/Kontan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com