Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Naik, PDI-P dan PKS Tak Sreg

Kompas.com - 08/03/2011, 14:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Fraksi PDI-P dan PKS DPR RI tak sreg dengan wacana kenaikan harga BBM yang dilontarkan pemerintah dalam merespon kenaikan harga minyak dunia hingga 117 dollar AS per barrel. Menurut keduanya, opsi ini tak tepat karena justru akan mencekik masyarakat kalangan menegah ke bawah.

"Kenaikan harga kan itu opsi baru. Itu agenda baru. Ya mbok kalau pembatasan, pembatasan dulu karena dampak dari rencana pembatasan saja sangat konkrit. Kalau ingin menaikkan ya silahkan tapi jangan dimasukkan seolah semua mau diselesaikan. Ini kan menurut saya kurang fair. Lho kok memunculkan opsi lain," ungkap Anggota Komisi VII DPR RI Effendy Simbolon dari Fraksi PDI-P di ruang fraksi, Selasa (8/3/2011).

Menurut Effendy, pemerintah hanya terkesan melakukan politik zigzag dengan wacana baru ini padahal usulan pembatasan BBM bersubsidi pun belum tuntas. Namun demikian, fraksinya masih akan mendengar terlebih dulu paparan pemerintah terkait usulan ini.

Sementara itu, Ketua Fraksi PKS Mustafa Kamal menegaskan, wacana kenaikan harga BBM ini harus dikaji secara mendalam dan pemerintah harus memiliki kesiapan yan sungguh-sungguh. "Karena bila ada kesalahan dalam kebijakan maupun teknis implementasinya akan mengakibatkan gejolak sosial yang tak terkendali. Apalagi kalau kebijakan mendekati bulan Juni, rentan dengan inflasi, di mana ada beberapa rutinitas masyarakat pada saat itu, seperti musim panen, kenaikan kelas sehingga harga-harga bisa tak terkendali," katanya di ruangan Fraksi PKS.

Oleh karena itu, menurut Mustafa, pemerintah harus melakukan konsolidasi internal terlebih dahulu untuk memastikan manajemen selanjutnya berjalan baik agar kebijakan itu nantinya tidak malah mempersulit masyarakat yang sejak awal justru ingin dilindungi.

Anggota Komisi VII dari Fraksi PKS Shohibul Iman mengatakan, sikap PKS masih akan ditentukan setelah mendengarkan paparan dari pemerintah siang ini dalam rapat kerja dengan komisi. Ada dua pertimbangan pokok yang ditekankan PKS dalam menghasilkan sikap.

"Pertama bahwa subsidi harus jatuh betul-betul kepada yang berhak. Kedua, bagi yang tak berhak, kita pertimbangkan agar mereka tak terbebani keharusan untuk membayar BBM yang terlalu besar. Misalnya sekarang kan harus bayar Rp 8.000. Kita usulkan ada BBM nonsubsidi dengan harga Rp 6.000 misalnya. Persoalannya bukan jadi enggak jadi, tapi bagaimana dua hal tadi jadi pertimbangan. Kalau nanti tak ada opsi untuk keringanan, kita akan lihat potensi kemampuan kita untuk memberikan subsidi lebih besar lagi," ungkapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Bagaimana Aturan Perlintasan Kereta Api di Indonesia? Ini Penjelasan KAI

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com