Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri di Sumatera Dikembangkan

Kompas.com - 05/04/2011, 04:03 WIB

Jakarta, Kompas - Pemerintah terus mengembangkan industri kehutanan berbasis kayu rakyat di Sumatera. Industri pengolahan harus berkembang mengiringi minat masyarakat menanam kayu di Sumatera agar tercipta pasar dengan penawaran dan permintaan yang sempurna.

Demikian disampaikan Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan di Jakarta, Senin (4/4). Sebelumnya, dia menandatangani nota kesepahaman kerja sama penanaman pohon dengan Ketua Umum Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Ade Komarudin, Ketua Umum Pengurus Nasional Karang Taruna Taufan Eko Nugraha, dan Direktur Utama Perum Pegadaian Suwhono.

”Bayangkan, di Riau harga satu meter kubik kayu hanya Rp 200.000. Sementara di Pulau Jawa bisa laku Rp 800.000. Oleh karena itu, kami mengembangkan hutan tanaman di luar Pulau Jawa dibantu subsidi agar lebih cepat maju,” ujar Menhut.

Kemhut mengalokasikan Rp 500 miliar untuk membangun 10.000 kebun bibit rakyat dan Rp 2 triliun untuk dana pemeliharaan pohon tahun 2011. Program ini bertujuan memasok jutaan bibit pohon bernilai ekonomi tinggi gratis untuk masyarakat.

Industri kayu rakyat sudah tumbuh subur di Pulau Jawa. Berkat minat menanam pohon yang tinggi, kampanye hutan rakyat jauh lebih mudah di Jawa.

Saat ini, industri kehutanan yang berkembang di Sumatera baru bubur kertas (pulp) dan kertas. Industri kayu lapis, seperti di Kalimantan atau Jawa yang berbasis hutan rakyat, belum berkembang.

Potensi hutan rakyat di Jawa siap panen mencapai 20 juta meter kubik per tahun. Volume itu mampu memasok 47 persen dari kebutuhan kayu nasional sebesar 43 juta meter kubik per tahun.

Menurut Taufan, Karang Taruna punya 10 juta anggota aktif. ”Kami yakin dapat menanami 30 juta hektar lahan kritis dalam tiga tahun,” ujar Taufan. (HAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com