Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyiapan SDM Harus Ikuti Kebutuhan Pasar

Kompas.com - 06/04/2011, 03:42 WIB

Jakarta, Kompas - Penciptaan nilai perusahaan tidak bisa berjalan mulus tanpa pengembangan sumber daya manusia yang berorientasi pelanggan dan komunitas. Kesuksesan nilai, merek, dan kinerja perusahaan bergantung pada kepuasan pelanggan terhadap kinerja pekerja.

Demikian benang merah ceramah interaktif pakar sumber daya manusia asal Amerika Serikat, Dave Olson Ulrich, di Jakarta, Selasa (5/4). Ceramah yang dibuka Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo juga menampilkan CEO Kompas Gramedia Agung Adiprasetyo.

”Bagian SDM harus berhubungan dengan pelanggan agar memahami perkembangan kebutuhan pelanggan di luar perusahaan. Mereka harus menyiapkan SDM sesuai kebutuhan untuk menyenangkan pelanggan,” ujar Ulrich.

Untuk itu dibutuhkan penciptaan nilai perusahaan yang dipahami bersama dan dilaksanakan dengan kesadaran pekerja sendiri. Kesuksesan membangun nilai tampak dari kebanggaan karyawan terhadap perusahaan.

Berbicara sebelum Ulrich, Agung mengungkapkan hal ini. Menurut dia, bagian SDM tak boleh lagi terpaku di balik meja dan merasa ”pelanggan” mereka adalah unit-unit kerja dalam perusahaan semata.

”Berkelilinglah melihat perkembangan. Jangan samakan anak-anak muda dengan kita yang rambutnya sudah putih semua,” ujar Agung.

Menurut Agung, perusahaan menghadapi tantangan dengan generasi baru yang cepat berpindah kerja dengan alasan pragmatis dan tidak sabar. Walau begitu, mereka bersikap lebih egaliter dan demokratis.

Sedikitnya 800 peserta mengikuti ceramah pakar SDM yang telah menerbitkan 23 judul buku dan 173 artikel tentang SDM. Sebagian besar kursi yang tersedia di ruang pertemuan hotel di jantung kota Jakarta di kawasan Bundaran Hotel Indonesia terisi.

Bagian SDM, kata Ulrich, harus bekerja sama dengan bagian pemasaran dalam memperkuat nilai perusahaan. Sinergi ini penting untuk menyerap masukan dan kebutuhan pelanggan demi pertumbuhan perusahaan.

Saat ditanya tentang fenomena pekerja kontrak di Indonesia, Ulrich mengatakan, untuk jangka panjang, praktik ini berbahaya. Mereka butuh martabat dan perlakuan layak sebagai pekerja.

”Kontrak jangka pendek membuat mereka tak merasa punya hubungan dengan perusahaan,” ujarnya. (ham/ton/ppg)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Laba Bersih JTPE Tumbuh 11 Persen pada Kuartal I 2024, Ditopang Pesanan E-KTP

Whats New
Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Menperin Sebut Upaya Efisiensi Bisnis

Whats New
Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Jadwal LRT Jabodebek Terbaru Berlaku Mei 2024

Whats New
Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Emiten Hotel Rest Area KDTN Bakal Tebar Dividen Rp 1,34 Miliar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com