Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konsumsi Pertamax Turun

Kompas.com - 14/05/2011, 05:05 WIB

Jakarta, Kompas - Realisasi konsumsi bahan bakar minyak nonsubsidi jenis pertamax dan pertamax plus tahun 2011 menurun tajam. Penurunan realisasi konsumsi BBM nonsubsidi pada Januari-Maret 2011 dibandingkan periode yang sama tahun 2010 mencapai 37,65 persen. Hal itu karena makin tingginya perbedaan harga produk itu dengan bahan bakar minyak bersubsidi, terutama premium.

Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Tubagus Haryono, Jumat (13/5) di Jakarta, memaparkan, berdasarkan data BPH Migas, realisasi konsumsi pertamax dan pertamax plus pada Januari-Maret tahun 2010 mencapai 39.836.981 liter. Total realisasi konsumsi BBM nonsubsidi pada Januari-Maret 2011 sebesar 24.837.478 liter.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan harga jual eceran BBM tertentu, yakni premium, minyak solar, dan minyak tanah tidak berubah. Harga tetap mengacu pada Peraturan Menteri ESDM Nomor 1 Tahun 2009 tentang Harga Jual Eceran BBM Jenis Minyak Tanah, Premium dan Minyak Solar untuk Keperluan Rumah Tangga, Usaha Kecil, Usaha Perikanan, Transportasi, dan Pelayanan Umum. Harga premium dan solar masing-masing Rp 4.500 per liter dan harga minyak tanah tetap Rp 2.500 per liter.

Menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Hukum Kementerian ESDM Sutisna Prawira, penetapan harga ini berdasarkan hasil pemantauan dan evaluasi perkembangan harga minyak mentah dan harga produk BBM di pasar dunia yang meningkat karena adanya konflik politik di Afrika Utara dan Timur Tengah serta perkembangan nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap mata uang utama dunia.

Secara terpisah, Kepala Divisi Manajemen Proyek BPH Migas Iwan Ratman mengungkapkan, total proyek minyak dan gas bumi nasional tahun ini mencapai 53 proyek di blok eksplorasi dan dalam tahap konstruksi dengan total nilai investasi 20 miliar dollar AS.

Dari 53 proyek migas nasional itu, sekitar 10 persen proyek di antaranya terlambat dilaksanakan. ”Sekarang yang terlambat kebanyakan pada tahap eksplorasi,” kata Iwan. Keterlambatan itu dapat mengganggu produksi migas nasional. (EVY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com