Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk PT Pertamina Mahal

Kompas.com - 18/05/2011, 03:29 WIB

Jakarta, Kompas - Harga pertamax lebih tinggi dibandingkan dengan produk bahan bakar minyak nonsubsidi produsen lain. Selisih harga produk PT Pertamina itu dengan BBM nonsubsidi lain Rp 200 per liter. Hal itu menurunkan daya saing dan mengurangi volume penjualan pertamax.

Pengamat perminyakan, Kurtubi, Selasa (17/5), di Jakarta, menduga, ada tiga penyebab harga pertamax lebih mahal dibandingkan dengan beberapa merek lain. Pertama, PT Pertamina kalah efisien dibandingkan dengan produsen lain lantaran PT Pertamina umumnya mengimpor high octane mogas component (HOMC)—zat adiktif untuk menaikkan oktan—dan mengimpor minyak mentah sebagai bahan baku BBM melalui pedagang atau perantara, bukan langsung ke produsen.

Kedua, produsen asing menggunakan strategi harga lebih murah daripada PT Pertamina untuk menarik pelanggan meski untung tipis. Ketiga, kemungkinan ada kekuatan di luar direksi PT Pertamina yang berada di belakang layar yang menginstruksikan PT Pertamina untuk menjual pertamax selalu lebih tinggi daripada produsen asing demi menolong produsen asing untuk menarik pelanggan agar mereka bisa berkembang.

”Hal ini tentu menjadi pertanyaan publik. Kami meminta PT Pertamina memberi akuntabilitas kepada publik secara transparan karena Pertamina merupakan milik negara,” kata Kurtubi.

Ketua Himpunan Ketua Umum Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi Eri Purnomo Hadi menjelaskan, PT Pertamina menjadi pemimpin dalam penetapan harga BBM nonsubsidi di pasaran, sedangkan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU) asing menjadi pengikut. ”Jadi, dalam menyesuaikan harga, pesaing melihat dulu pergerakan harga PT Pertamina,” ujar Eri.

Selain itu, SPBU asing juga memiliki pasar di negara lain, seperti Singapura dan Thailand, sehingga dapat mengatur persentase kenaikan harga produk mereka antarnegara. Jadi, secara regional bisa saling menutupi dari segi kerugian produk BBM mereka.

”Yang jelas, kenaikan harga pertamax telah menurunkan omzet penjualan di banyak SPBU sebesar 30-70 persen karena terjadi perpindahan konsumsi ke premium,” kata Eri. (EVY)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Lion Air Bantah 2 Pegawai yang Ditangkap Menyelundupkan Narkoba Merupakan Pegawainya

Whats New
Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Indofarma Akui Belum Bayar Gaji Karyawan Periode Maret 2024, Mengapa?

Whats New
Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Pesetujuan KPR BSI Kini Hanya Butuh Waktu Satu Hari

Spend Smart
Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Bank Sentral Inggris Diprediksi Pangkas Suku Bunga pada Mei 2024

Whats New
Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Cara Membuat Kartu ATM BCA Berfitur Contactless

Work Smart
Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Pertanyaan Umum tapi Menjebak dalam Wawancara Kerja, Apa Itu dan Bagaimana Cara Jawabnya?

Work Smart
Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Menko Airlangga soal Kondisi Geopolitik Global: Belum Ada Apa-apa, Kita Tenang Saja...

Whats New
Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Pasar Perdana adalah Apa? Ini Pengertian dan Alur Transaksinya

Work Smart
Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Apa Dampak Konflik Iran-Israel ke Industri Penerbangan Indonesia?

Whats New
HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

HUT Ke-35 BRI Insurance, Berharap Jadi Manfaat bagi Masyarakat

Rilis
Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Menperin Siapkan Insentif untuk Amankan Industri dari Dampak Konflik Timur Tengah

Whats New
Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Respons Bapanas soal Program Bantuan Pangan Disebut di Sidang Sengketa Pilpres

Whats New
Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Freeport Indonesia Catat Laba Bersih Rp 48,79 Triliun pada 2023, Setor Rp 3,35 Triliun ke Pemda Papua Tengah

Whats New
KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

KPLP Kemenhub Atasi Insiden Kebakaran Kapal di Perairan Tanjung Berakit

Whats New
Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Wamenkeu Sebut Suku Bunga The Fed Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com