Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Batik Bayat, Tak Sekadar Terima Order

Kompas.com - 26/05/2011, 09:57 WIB

KOMPAS.com - Alkisah, Ki Ageng Pandanaran berangkat ke Bayat mengikuti perintah Sunan Kalijaga untuk melakukan tapa dan menjalankan kehidupan religius. Di sana, putra Ki Ageng Pandan Arang itu justru menetap dan menyebarluaskan Islam. Begitu sohornya contoh hidup Pandanaran hingga ia pun lebih sering dikenal sebagai Sunan Bayat.

Konon, sembari menyebarkan Islam, ia juga mengajari rakyat di Bayat, khususnya di Desa Paseban, keterampilan membatik. Tujuannya adalah untuk pemenuhan kebutuhan pakaian Sunan berikut sanak familinya. Dari sinilah usaha batik di Bayat, yang kini merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, bercikal bakal.

Cerita ini mengemuka dalam sebuah diskusi mengenai batik Bayat pada Rabu (25/5/2011) di Museum Tekstil Jakarta. Simpulannya kemudian, batik Bayat atau yang juga sering disebut dalam khazanah kearifan lokal sebagai batik Tembayat masih memerlukan sentuhan-sentuhan profesional agar lebih mengemuka. Artinya pula, batik Bayat harus lebih mempunyai daya saing dengan batik-batik lokal di Tanah Air.

Adalah Sipon, salah seorang produsen batik Bayat, dalam kesempatan itu menuturkan pengalamannya kepada kompas.com. "saya memulai usaha sendiri sejak dua tahun lalu," kata pemilik usaha Batik Tulis Tradisional Warna Alam Retno Mulyo itu.

Menariknya, bahkan sampai sekarang, Sipon tetap menjadi pembatik untuk perusahaan batik Danar Hadi di Solo. Sejak 1973, Sipon menjadi pagawai Danar Hadi. "Saya sekarang mengerjakan batik Danar Hadi di rumah saya di Bayat," ujarnya.

Sama seperti perajin batik tradisional di kawasan itu, Sipon masih membatik baik dengan cara tulis maupun cap kain panjang atau jarit. Ukuran panjangnya 2,5 meter.

Order

Menurut Sipon, sampai sekarang, perajin batik di Bayat lebih banyak menerima pesanan alias order dari sentra batik di Solo dan Yogyakarta. Makanya, kemudian, Sipon setuju kalau batik khas Bayat memang belum kelihatan menonjol ciri khasnya. Meski, menurutnya, motif seperti gajah birowo, pintu retno, parang liris, babon angrem, dan mukti wirasat adalah ciri khas batik Bayat. "Semuanya warna soga atau kecoklatan," kata ibu tiga anak tersebut.

Namun begitu, Sipon merasa tidak puas hanya bertindak sebagai produsen yang cuma mengandalkan order. "Duitnya memang lebih gampang didapat kalau cuma menerima pesanan," akunya.

Dalam hitung-hitungan Sipon, untuk sepotong batik jarit tadi, ia menerima uang di kisaran Rp 50.000 sampai dengan Rp 150.000. "Tapi, tentunya saya ndak puas. Saya ingin batik buatan saya sendiri yang juga ikut terjual. Kalau sudah laku, lega rasanya," kata Sipon yang memulai usaha batiknya dengan modal awal Rp 70 juta.

Jadilah, Sipon pun berjuang untuk memasarkan produksinya itu. Rupanya, perempuan kelahiran 1 Januari 1965 itu menggunakan cara-cara lazim konvensional. Selain menitipkan produksinya di toko-toko batik di Semarang, Yogyakarta, dan Solo, ia pun masih menyambangi satu per satu relasinya, menawarkan batik buatannya. Kadang, Sipon berjualan batik kala pameran yang diselenggarakan dinas perindustrian dan perdagangan setempat. "Saya ingin juga bisa menembus pasar Jakarta," tuturnya berharap.

Di sisi lain, tentu ada sedikit perbedaan jumlah produksi antara mengerjakan pesanan dengan membuat sendiri. Seturut pengalaman Sipon, dalam satu bulan, ia mampu memproduksi 200 potong batik pesanan. Sementara, produksi batik buatannya dalam kurun waktu sebulan cuma separuh dari batik pesanan. Banderol per potongnya pun relatif  lebih mahal yakni di kisaran Rp 200 ribu hingga Rp 1 juta.

Terkait dengan hal tersebut, Gina Sutono, salah satu pegiat batik Bayat, dalam diskusi tersebut mengatakan para perajin batik Bayat bisa lebih mengembangkan teknik jarit untuk bahan pakaian. Sementara, untuk lebih memperkenalkan batik Bayat kepada khalayak banyak, kebiasaan pelukis membubuhkan nama diri dan judul lukisan di kanvas juga bisa ditiru. "Perajin mulai sekarang bisa menambahkan kata 'batik Tembayat' atau 'Bayat' pada karya- karyanya," demikian Gina Sutono.

Sekarang, batik Bayat dapat dijumpai, khususnya di Desa Paseban dan Beluk. Menurut Titus Goenarto, salah seorang pelaku usaha batik Bayat, ada sekitar 50 perajin yang ikut ambil bagian dalam bisnis batik Bayat. 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Inflasi Medis Kerek Harga Premi Asuransi Kesehatan hingga 20 Persen

Whats New
Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Pemerintah Perlu Tinjau Ulang Anggaran Belanja di Tengah Konflik Iran-Israel

Whats New
Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Ekspor Batik Aromaterapi Tingkatkan Kesejahteraan Perajin Perempuan Madura

Whats New
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia

Whats New
Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Pasar Modal adalah Apa? Ini Pengertian, Fungsi, dan Jenisnya

Work Smart
Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Syarat Gadai BPKB Motor di Pegadaian Beserta Prosedurnya, Bisa Online

Earn Smart
Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Erick Thohir Safari ke Qatar, Cari Investor Potensial untuk BSI

Whats New
Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Langkah Bijak Menghadapi Halving Bitcoin

Earn Smart
Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Cara Meminjam Dana KUR Pegadaian, Syarat, dan Bunganya

Earn Smart
Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Ada Konflik Iran-Israel, Penjualan Asuransi Bisa Terganggu

Whats New
Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Masih Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 66

Work Smart
Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Tingkatkan Daya Saing, Kementan Lepas Ekspor Komoditas Perkebunan ke Pasar Asia dan Eropa

Whats New
IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

IHSG Turun 2,74 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Saham Rp 11.718 Triliun

Whats New
Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Pelita Air Catat Ketepatan Waktu Terbang 95 Persen pada Periode Libur Lebaran

Whats New
Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Simak, 5 Cara Tingkatkan Produktivitas Karyawan bagi Pengusaha

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com