Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Dunia Tinggi, Harga Karet Naik

Kompas.com - 04/06/2011, 05:29 WIB

Jakarta, Kompas - Tingginya permintaan karet dari Jepang, Amerika Serikat, dan China terus memacu naiknya harga karet. Permintaan karet, terutama dari Jepang, diperkirakan akan meningkat sekitar 30 persen dalam sebulan ke depan. Artinya, peningkatan harga karet masih akan berlanjut.

Berdasarkan data Bloomberg, harga karet alam di Bursa Tokyo Commodity untuk pengiriman Juni 2011 ada di harga 5,18 dollar Amerika Serikat per kilogram atau Rp 44.237 per kg. Padahal, awal pekan lalu, harganya masih 4,84 dollar AS per kg atau Rp 41.334 per kg. ”Kemungkinan harga akan terus naik karena permintaan terus naik,” kata Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Asril Sutan Samir di Jakarta, Jumat (3/6).

Menurut Asril, selama beberapa bulan pada awal tahun 2011 harga karet sempat merosot, tepatnya saat gempa dan tsunami melanda Jepang 9 Maret 2011. Hal itu karena Jepang menjadi tujuan ekspor terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan China. Tahun lalu ekspor ke Jepang tercatat 313.243 ton.

Total ekspor karet pada 2010 tercatat 2,3 juta ton. Tiga pasar terbesarnya adalah Amerika Serikat, China, dan Jepang. ”Jika Jepang perekonomiannya tidak cepat pulih pasca-tsunami, permintaan mereka pasti turun. Kekhawatiran itu pernah membuat pasar waswas sehingga harganya turun. ”Namun, kekhawatiran itu tidak terbukti karena Jepang segera bangkit dan sekarang permintaan karet dari mereka sangat tinggi,” ujarnya.

Aziz Pane, Ketua Umum Dewan Karet Indonesia, memperkirakan permintaan dari Jepang akan meningkat sekitar 30 persen dalam sebulan ke depan.

Konsumen karet terbesar saat ini adalah China, yakni sebesar 3634,2 juta ton pada 2010. Konsumen terbesar kedua adalah India sebesar 944 juta ton. ”Tahun-tahun mendatang permintaan di kawasan Asia Pasifik akan terus meningkat karena di situlah pusat pertumbuhan ekonomi saat ini,” kata Asril.

Meski harganya menggiurkan, produksi karet tahun ini diperkirakan stagnan. Faktor perubahan iklim membuat penyadapan tidak maksimal sehingga produksi sulit naik. Stagnasi tersebut terlihat dari capaian produksi pada kuartal I-2011, yakni 500.000 ton, padahal seharusnya bisa sampai 600.000 ton.

Luas areal tanam karet saat mencapai 3,4 juta hektar. Di bandingkan negara-negara Asia, luas yang dimiliki Indonesia termasuk tinggi. Sayangnya, hal itu tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas. (ENY)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com