Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ferry Lestarikan Lukisan Kulit Kayu Turun Temurun

Kompas.com - 09/06/2011, 09:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sekalipun usaha lukisan kulit kayu ini bersifat turun temurun, tidak serta merta Yanfrits Kaigere bisa menjalankannya dengan mudah.

Ferry, begitu panggilan akrabnya telah melakukan usaha ini sejak belasan tahun yang lalu. "Sudah 15 tahun," sebut Ferry kepada Kompas.com, dalam acara pameran Usaha Kecil dan Menengah (UKM), di gedung SMESCO, awal pekan lalu.

Dengan kulit kayu khombouw, pria yang berasal dari Kampung Asey Besar, Kecamatan Sentani Timur, Kabupaten Jayapura ini, berhasil membuat lukisan yang indah. Menurutnya lukisan kulit kayu ini hanya ada di kampungnya, Asey.   "Pertama kita cari kayu ke hutan, cari pohon, lalu kita tebang. Terus kita ukur per jengkal, dan kuliti. Kita kikis kulit luarnya di rumah, baru ditumbuk," ceritanya.

Setelah itu kayu hasil tumbukan dicelupkan ke dalam air, baru ditiriskan, dan dipakai. "Nggak bisa dari (jenis) pohon lain," tuturnya. Sebab, lanjut dia, kayu pohon ini seperti karet, bisa melar ketika ditarik.

Untuk pewarnaan, dia pun tidak macam-macam. Ferry mengutamakan pewarnaan secara natural. Ia gunakan kapur sirih untuk warna putih, arang digunakan untuk memberikan warna hitam, dan tanah untuk warna merah. "Kita jaga keaslian. Tapi yang lain mulai masuk ke (pewarnaan) yang modern, seperti cat," tambahnya.

Awalnya, ia hanya bekerja sendiri. Kini, ia berhasil memperkerjakan 5-10 orang sebagai pekerja tetap. "Saya tetap ikut. Saya yang menggambar lukisannya," ungkapnya. Pekerjanya membantu untuk proses pewarnaan.

Ia juga mengakui baru dua kali mengikuti pameran, dan keduanya diselenggarakan di Jakarta. "Pernah ke Bali, tapi hanya tarian (menjadi acara utama). Ada juga pameran (tetapi hanya sampingan," sebutnya.

Untuk harga, ia mengungkapkan bervariasi tergantung ukuran dan motif gambarnya. Harga yang termurah yaitu Rp 20.000, dan yang termahal bisa sampai ratusan ribu. Dalam sehari, ia pun bisa menghasilkan 5-6 lembar lukisan kulit kayu.   "Biasanya orang lebih suka motif-motif asli, seperti (motif-motif) binatang. Kalau untuk mancanegara atau turis, mereka paling suka motif asli," ungkapnya.

Turis-turis asing membeli secara langsung kepadanya. Mereka berasal dari Amerika, Australia, Jepang, dan Belanda. Berbeda dengan masyarakat lokal, ia mengenakan harga yang lebih tinggi untuk para turis tersebut. Harganya bisa mencapai ratusan ribu. "Ada keinginan untuk ekspor," tambahnya, yang saat ini menyebutkan belum ada peluang untuk itu.

Kendala yang cukup mengganjal, ia menceritakan yaitu ketersediaan bahan baku, kulit kayu pohon tersebut. Saat ini, pencarian kayu pun semakin jauh dari tempat tinggalnya. "Kita suruh orang untuk cari. Terus kita bayar," tuturnya.

Kini, ia pun berpenghasilan sekitar Rp 4 juta dalam satu hingga dua minggu. Dari hasil usaha ini, ia pun berhasilkan menyekolahkan kedua anaknya yang saat ini berada di jenjang SMU dan SMP. Ke depannya, ia pun ingin mengembangkan lagi produknya. "Saya pribadi buka usaha di Sorong, Raja Ampat, di PT Papua Diving, yang dikelola orang Belanda. Jadi rutin kirim tiap bulannya," ungkapnya. Kini, usahanya telah diturunkan kepada kedua anaknya tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Menko Airlangga Ingin Pedagang Ritel Berdaya, Tak Kalah Saling dengan Toko Modern

Whats New
Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Allianz dan HSBC Rilis Asuransi untuk Perencanaan Warisan Nasabah Premium

Whats New
Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Saham Teknologi Tertekan, Wall Street Berakhir Mayoritas di Zona Merah

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 19 April 2024

Spend Smart
Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Bapanas Tugaskan ID Food Impor 20.000 Ton Bawang Putih Asal China

Whats New
Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Mata Uang Italia Sekarang dan Sebelum Gabung Uni Eropa

Whats New
Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Satgas Pasti Temukan 100 Penipuan Bermodus Duplikasi Lembaga Keuangan

Whats New
Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Erick Thohir Minta BUMN Optimalisasi Pembelian Dollar AS, Ini Kata Menko Airlangga

Whats New
Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Pelemahan Rupiah Bakal Berdampak pada Harga Barang Impor sampai Beras

Whats New
Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Apa Mata Uang Brunei Darussalam dan Nilai Tukarnya ke Rupiah?

Whats New
Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Posko Ditutup, Kemenaker Catat 965 Perusahaan Tunggak Bayar THR 2024

Whats New
Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Antisipasi El Nino, Kementan Dorong 4 Kabupaten Ini Percepatan Tanam Padi

Whats New
Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Laba RMKE Cetak Laba Bersih Rp 302,8 Miliar pada 2023

Whats New
Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Perputaran Uang Judi Online di RI sampai Rp 327 Triliun Setahun

Whats New
Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Bapanas Pastikan Konflik Israel-Iran Tak Pengaruhi Masuknya Komoditas Pangan yang Rutin Diimpor

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com