Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investor Emas Harus Tetap Rasional

Kompas.com - 22/07/2011, 07:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Berdasarkan sejarahnya, emas tidak pernah merosot tajam seperti halnya saham. Emas memang pernah turun signifikan, tetapi hanya sekali. Hal ini disampaikan Founder AG Golden Investment Club, Ahmad Gozali, kepada Kompas.com via e-mail, Kamis (21/7/2011).

"Kalau dilihat sejarahnya sih, harga emas tidak pernah merosot setajam harga saham yang bisa anjlok sampai setengahnya dalam hitungan beberapa hari saja. Harga emas dunia turun dengan sangat signifikan hanya pada tahun 1979-1980. Selain dari itu tidak pernah," ujar Ahmad.

Seiring dengan tren harga emas yang semakin tinggi ini, produk-produk investasi emas pun semakin bervariasi dan gencar dalam promosi. "Mengenai maraknya pola investasi emas, untuk sekarang ini yang banyak digunakan adalah transaksi gadai di bank syariah dan pegadaian. Produknya sih cuma ada satu, gadai saja biasa. Tapi kemudian bisa dikembangkan menjadi strategi-strategi memanfaatkan transaksi gadai ini untuk leverage investasi emas. Kemudian berkembang menjadi kebun emas, cicil emas, dan lain-lain," ujarnya.

Namun, ia mengingatkan, bank hanya menyediakan layanan gadai emas. Sementara strategi dan pengadaan emas menjadi tanggung jawab investor atau nasabah. "Walaupun pihak bank bisa membantu menyampaikan alternatif strategi tertentu, tanggung jawab dan keputusan tetap ada di tangan nasabah," ujarnya.

Hal ini karena hasil investasi bergantung sekali pada harga emas. Sementara harga emas di luar kemampuan bank maupun investor untuk mengendalikan harga. "Jadi nasabah perlu tetap rasional dan berhati-hati dalam memanfaatkan kenaikan harga emas," katanya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

    Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

    Whats New
    LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

    LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

    Whats New
    ?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

    ?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

    Whats New
    Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

    Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

    Whats New
    Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

    Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

    Whats New
    Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

    Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

    Whats New
    Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

    Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

    Whats New
    Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

    Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

    Whats New
    Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

    Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

    Whats New
    Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

    Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

    Whats New
    Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

    Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

    Work Smart
    Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

    Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

    Whats New
    Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

    Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

    Whats New
    Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

    Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

    Whats New
    Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

    Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com