Tahun 2010 Garuda mengumumkan perolehan laba sebesar Rp 515,5 miliar dan pendapatan usaha (operating revenue) sebesar Rp 19.534 triliun yang berarti meningkat 9,4 persen dibandingkan dengan tahun 2009. Sebelumnya, beberapa prestasi dan capaian spektakuler telah diraih oleh manajemen Garuda, terutama dalam kurun waktu lebih kurang lima tahun terakhir.
Di antara prestasi yang dicapai itu antara lain adalah pemecahan rekor Muri sebagai maskapai pertama yang memberikan pelayanan imigrasi on board, mengantar Garuda memasuki pasar modal sebagai perusahaan yang go public, dan penambahan 24 armada pesawat terbang modern sepanjang tahun 2010.
Tentu saja kita semua patut memberikan acungan jempol kepada pihak manajemen yang demikian dinamis dan penuh semangat mengantar maskapai flag carrier Republik Indonesia ke panggung dunia ini.
Sayangnya di tengah-tengah iklim yang sangat membahagiakan ini, tiba-tiba saja muncul berita tentang keinginan Asosiasi Pilot Garuda untuk melakukan mogok terbang pada 28 Juli 2011. Rencana mogok pilot Garuda tersebut dipicu oleh tingginya perbandingan gaji pilot lokal dan pilot asing.
Pihak manajemen meresponsnya dengan mengatakan bahwa kontrak pilot asing dilakukan hanya sementara. Mereka dikontrak selama satu tahun untuk mengisi kekosongan pilot karena bertambahnya armada baru.
Dari penjelasan manajemen ini, menjadi jelas bahwa akar permasalahannya adalah Garuda kekurangan pilot.
Masalah Indonesia kekurangan pilot merupakan masalah yang sudah dapat dideteksi, minimal diantisipasi pada lebih kurang sepuluh tahun yang lalu. Pada awal tahun 2000-an kecenderungan akan dialaminya kekurangan tenaga pilot sudah sangat jelas terlihat.