Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fadel Geram Mari Pangestu Impor Garam

Kompas.com - 11/08/2011, 15:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad geram atas membanjirnya impor garam pada bulan Juli 2011. Tercatat, garam impor yang masuk ke Indonesia selama Juli 2011 mencapai 298.925 ton.

Garam ini berasal dari China, India, dan Australia. Padahal, telah diatur bahwa impor garam tidak boleh dilakukan dalam waktu satu bulan sebelum panen raya, hingga dua bulan setelah panen raya berlangsung.

Masa panen raya garam ditetapkan bulan Agustus. Dengan demikian, tidak boleh ada impor garam selama Juli-Oktober. "Ibu Mari Pangestu buka impor sampai 900.000 metrik ton. Keterlaluan kan? Makanya saya marah," kata Fadel kepada para wartawan di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (11/8/2011).

Fadel mengatakan, konsumsi garam nasional mencapai 1,6 juta metrik ton. Petani garam di Indonesia mampu memproduksi sekitar 1,4 juta metrik ton. Fadel mengatakan pihaknya segera meminta agar impor garam dihentikan.

Ketua Umum Asosiasi Petani Garam Seluruh Indonesia (Apgasi) Syaiful Rahman mengemukakan, membanjirnya garam impor asal India dan Australia ke pasar dalam negeri telah merusak harga garam petani.

Harga garam impor Rp 540 per kg atau lebih rendah dari garam lokal. Syaiful mendesak pemerintah segera membenahi tata niaga garam dengan membentuk lembaga penjamin garam seperti Perum Bulog atau menugaskan BUMN garam untuk menyerap garam petani.

Selain itu, memetakan kebutuhan riil garam, volume produksi, dan kebutuhan impor. "Selama pemerintah tidak membentuk lembaga penjamin garam rakyat, selamanya harga garam petani tidak akan membaik," ujar Syaiful.

Di sejumlah wilayah, petani garam mengeluhkan harga yang kembali anjlok memasuki panen raya. Harga garam kualitas 1 (K1) di tingkat petani saat ini Rp 400 per kilogram (kg).

Padahal, April 2011, pemerintah mematok kenaikan harga garam K1 dari Rp 325 per kg menjadi Rp 750 per kg dan garam K2 dari Rp 250 per kg menjadi Rp 550 per kg.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com