Nusa Dua, Kompas-
Gubernur BI Darmin Nasution menegaskan hal itu menjawab pertanyaan wartawan tentang turunnya suku bunga dasar kredit (SBDK) Bank Mandiri. ”Kita ajak bicara bank, kita tidak memaksa. Ada perbaikan yang bisa kita lakukan, efisiensi yang bisa dilakukan tanpa mengubah profit,” kata Darmin di sela-sela Konferensi dengan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali, Kamis (1/12).
Dirut PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Zulkifli Zaini, Rabu (30/11), membenarkan akan menurunkan SBDK 50 basis poin. Penurunan itu untuk kredit korporasi, ritel, dan konsumer.
Pertimbangannya, overhead cost atau biaya operasional dan cost of fund atau biaya dana Bank Mandiri sudah berkurang, jadi bisa menurunkan SBDK.
PT Bank Central Asia Tbk menurunkan SBDK untuk kredit ritel sebesar 50 basis poin, dari 11 persen menjadi 10,5 persen. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja kepada Kompas mengatakan, penurunan tersebut dimulai 1 Desember 2011.
Darmin menambahkan, untuk memantau suku bunga pinjaman, BI memantau Rencana Bisnis Bank (RBB). BI akan mempelajari RBB, terutama berkaitan dengan liabilitas aset di bank.
”Jadi kita bisa tunjukkan kepada bank, mana yang bisa diperbaiki,” kata Darmin.
Suku bunga kredit pinjaman memperhitungkan premi risiko setiap debitor. Dengan turunnya suku bunga pinjaman, BI berharap dapat mendorong pertumbuhan kredit yang memacu pertumbuhan ekonomi.
Ekonom Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Mirza Adityaswara menegaskan, bank tetap harus mengontrol risiko kredit lewat suku bunga dan target pertumbuhan kredit. Selain itu, bank juga harus mengontrol plafon kredit terhadap masing-masing debitor.