Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ADB: Asia Rasakan Dampak Krisis

Kompas.com - 07/12/2011, 05:03 WIB

Manila, Senin - Krisis utang di zona euro terus memburuk, sementara perekonomian Amerika Serikat belum juga bergerak. Keadaan ini semakin membuka peluang terjadi penurunan pertumbuhan perekonomian global. Kawasan Asia Timur juga tidak luput dari dampak krisis tersebut walau masih tetap tumbuh tinggi.

”Gejolak ekonomi yang berasal dari Eropa makin membahayakan perdagangan dan keuangan di kawasan Asia Timur, khususnya di negara berkembang. Karena itu, para pembuat kebijakan di kawasan harus bertindak cepat, tegas, dan bersama-sama dalam menghadapi potensi penurunan aktivitas ekonomi global yang bisa berkepanjangan,” ujar Iwan Jaya Aziz, Kepala Kantor Integrasi Ekonomi Regional Bank Pembangunan Asia (ADB) di Manila yang mengeluarkan laporan Asian Economic Monitor, Selasa (6/12). Laporan ini berisi kajian atas 10 negara ASEAN ditambah China, Hongkong, Korea, dan Taiwan.

Walau terimbas krisis, pertumbuhan ekonomi negara berpenghasilan menengah seperti Indonesia akan terus melaju. Indonesia akan terus bertumbuh karena didukung oleh permintaan domestik. Dukungan dari dalam juga ditunjang dengan kebijakan moneter yang akomodatif seperti penurunan suku bunga.

ADB mencatat pada September penjualan ritel di Indonesia naik 25,1 persen dan output industri tumbuh 5,6 persen. Pertumbuhan permintaan dan produksi domestik dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kepercayaan konsumen juga meningkat.

Tingkat keamanan perekonomian Indonesia, menurut ADB, terletak pada kemandirian ekonomi. Ekspor Indonesia ke AS hanya 2 persen dari total produk domestik bruto (PDB) pada tahun 2010 dan ekspor ke Eropa 2,1 persen. Tujuan ekspor terbesar adalah Jepang, sekitar 3,5 persen. Perdagangan Indonesia ke sesama negara Asia sebesar 2,6 persen dari PDB.

Menurut perkiraan ADB, perekonomian Indonesia bisa tumbuh 6,6 persen tahun 2011 dan 6,5 persen tahun 2012. Namun, perkiraan ADB ini turun sedikit dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 6,8 persen untuk 2011. Jika kawasan zona euro dan AS mengalami resesi mendalam, ADB memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan turun lagi sebesar 1 persen menjadi 5,5 persen.

Pasar uang rentan

Untuk kawasan Asia, ADB menurunkan perkiraan laju pertumbuhan ekonomi kawasan pada 2012 dari sebelumnya 7,5 persen menjadi 7,2 persen. ADB memiliki beberapa skenario mengenai bagaimana krisis global terbaru ini memengaruhi kawasan.

Dalam skenario terburuk jika zona euro dan AS terkontraksi seperti tahun 2009, ekonomi Asia Timur akan tumbuh 5,4 persen. Namun, angka pertumbuhan ini tak seburuk dampak krisis global 2008/2009. Alasannya, telah terjadi diversifikasi tujuan ekspor Asia Timur dan meningkatnya permintaan dalam negeri. Namun, pasar keuangan tetap rentan seperti tahun 2008. Untuk mengatasi krisis ini, para pembuat kebijakan Asia dapat memanfaatkan instrumen pasar, moneter, dan fiskal, yang kini tak dimiliki utuh oleh zona euro dan AS. (AP/AFP/REUTERS/joe)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Cara Isi Saldo GoPay lewat Aplikasi DANA

Spend Smart
Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Cara Cek Nomor Rekening BSI dengan Mudah

Spend Smart
Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Harga Paket Vision+ dan Cara Berlangganan

Spend Smart
Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan 'Tax Holiday'

Dorong Investasi di Industri Antara, Kemenperin: Kami Persiapankan "Tax Holiday"

Whats New
Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Astra Life Catat Premi Bruto Rp 6,1 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Rugi Bersih GOTO Susut 78 Persen, Jadi Rp 862 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Industri Fintech Lending Rugi pada Awal 2024, Ini Sebabnya Menurut Asosiasi

Whats New
Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Menteri Trenggono Minta Reklamasi PIK Pakai Sedimentasi Laut

Whats New
Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Tren dan Peluang Investasi Kripto, Indonesia Berpotensi Pimpin Pasar ASEAN

Spend Smart
Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Kredit BNI Tumbuh Jadi Rp 695,16 Triliun pada Kuartal I 2024, UMKM dan Konsumer Jadi Mesin Baru

Whats New
Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Elnusa dan Pertagas Siap Kerjakan Proyek Kolaborasi Infrastruktur Energi di Kandis Riau

Whats New
Perluasan Sektor Kredit, 'Jamu Manis' Terbaru dari BI untuk Perbankan

Perluasan Sektor Kredit, "Jamu Manis" Terbaru dari BI untuk Perbankan

Whats New
Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Survei BI: Kebutuhan Pembiayaan Korporasi pada Kuartal I-2024 Meningkat

Whats New
Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Stranas Bisnis dan HAM, Upaya Pemerintah Lindungi Pekerja dalam Praktik Bisnis

Whats New
Soal Boks Mainan Megatron 'Influencer' Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Soal Boks Mainan Megatron "Influencer" Rusak, Ini Penjelasan Bea Cukai dan DHL

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com