Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI: Program Konversi BBM Akan Gagal

Kompas.com - 07/01/2012, 15:29 WIB
Icha Rastika

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Kebijakan konversi penggunaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi ke bahan bakar gas (BBG) bagi kendaraan bermotor diyakini akan gagal dilaksanakan. Sebab, prasyarat proses konversi yang harus dilakukan masyarakat tidak mudah. Sementara di pihak lain prasarana pendukung konversi juga tidak memadai.

Demikian pandangan Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi dalam diskusi bertajuk "Problem BBM" di Jakarta, Sabtu (7/1/2012). Kebijakan pembatasan subsidi BBM akan dilaksanakan pada April mendatang. Untuk dapat menggunakan BBG, masyarakat harus melakukan modifikasi pada tangki bahan bakar. Di pihak lain, stasiun pengisian bahan bakar gas (SPBG) tidak banyak tersedia.

"Di Indonesia baru ada 16 SPBG, itu pun cuma ada di Jakarta dan yang aktif hanya delapan," ungkapnya.

"Saya mengindikasi dengan kuat bahwa ini akan gagal di tengah jalan," tambahnya.

Tulus menilai, kebijakan konversi ini lebih besar dilandasi pertimbangan politik ketimbang ekonomi. Sebab, jika tujuannya adalah mengurangi subsidi, ia berpendapat, langkah yang lebih terukur dilakukan adalah dengan menaikkan harga secara bertahap. Misalnya, dengan menaikkan harga BBM sebesar Rp 500.

"Karena pemaksaan pemindahan dari Premium ke Pertamax (non-subsidi) akan menimbulkan kenaikan yang lebih dari 100 persen. Ini yang sangat memberatkan masyarakat, secara konseptual justru lebih menimbulkan distorsi ekonomi yang lebih berat dibanding instrumen harga yang dinaikkan oleh pemerintah," kata Tulus.

Seperti diberitakan, per 1 April tahun ini pemerintah memberlakukan program pembatasan BBM subsidi. Program ini dimulai dari Jawa dan Bali. Pada 2013-2014, program akan diperluas ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Maluku.

Dengan program ini, BBM bersubsidi hanya diberikan ke angkutan umum, pelayanan umum, dan sepeda motor. Sedangkan moda transportasi di luar itu diharuskan membeli BBM non-subsidi, seperti Pertamax.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com