Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Sopir di Arab, Kini Juragan Jaringan Swalayan

Kompas.com - 18/01/2012, 07:38 WIB

KOMPAS.com — Pengalaman bisa ditimba dari mana saja. Asal ada tekad, mimpi yang diperjuangkan membuahkan hasil. Demikian juga yang berlaku pada Trisno Yuwono. Mengawali usia produktifnya sebagai TKI, ia sukses mengembangkan Sari-Sari Swalayan di Blitar.

Di tengah dominasi jaringan minimarket yang berkembang dengan sistem waralaba, masih ada pengusaha di daerah yang bisa bersaing. Salah satunya adalah Sari-Sari Swalayan di Blitar. Tujuh gerai milik Trisno Yuwono itu tetap bisa bertahan dan berkembang dengan omzet total mencapai miliaran rupiah per tahun.

Sejak memulai bisnis ini pada tahun 2000 hingga sekarang, Trisno sudah memiliki tujuh gerai Sari-Sari Swalayan yang tersebar di daerah Blitar dan Tulungagung, Jawa Timur. "Satu gerai bisa menghasilkan omzet lebih dari Rp 10 juta per hari,” kata lelaki kelahiran Blitar, 12 Agustus 1970 ini. Alhasil, ketujuh swalayannya mampu mencatatkan omzet hingga Rp 35 miliar per tahun.

Sebenarnya, menjadi pengusaha eceran bukanlah cita-cita Trisno. Pendidikan terakhir suami Eva Karisma Dewi ini adalah Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Blitar, Jawa Timur. "Cuma sebentar kuliah. Saya pikir kalau lulus cuma menjadi guru. Saya memilih keluar tanpa tahu mau bekerja apa,” ujar lelaki berkepala plontos ini.

Peristiwa meletusnya Gunung Kelud yang terjadi pada 1991 mendorong Trisno mencari penghidupan yang lebih baik di kota lain. Targetnya bukan ke Jakarta atau kota besar di Indonesia, ia memilih menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. "Waktu itu, ada tetangga yang menjadi TKW di Arab pulang. Saya tanya dia bagaimana prosesnya bisa bekerja di Arab,” kenangnya.

Trisno bermimpi, dengan menjadi tenaga kerja di luar negeri, penghidupannya bisa lebih baik ketimbang menjadi seorang guru. "Pada tahun 1991, di Blitar belum banyak yang menjadi TKI. Saat itu saya nekat saja, mencoba-coba,” ujar bapak tiga anak ini.

Kala itu Trisno berstatus pengangguran. Ia nekat pergi ke Surabaya untuk melamar menjadi TKI. "Menurut teman saya, penyalurnya ada di Surabaya,” katanya. Berbekal uang Rp 1,5 juta hasil menjual sepeda motor, ia tidak kesulitan membiayai segala urusan administrasi di perusahaan penyalur TKI tersebut.

Sembari menunggu pengiriman, selama dua bulan Trisno berada di penampungan TKI di Jakarta, tanpa ada pembekalan keterampilan. "Kerjanya cuma makan dan tidur,” katanya. Alhasil, ketika dikirim ke Arab Saudi, dia tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Arab.

Tugas awal Trisno sebagai TKI di Arab Saudi adalah bekerja sebagai sopir di kantor gubernur Kota Tabuk. Karena ketidakmampuan berbahasa asing, ia suka dikerjai majikan dan teman-teman sopirnya yang berasal dari negara lain. Ia juga sering menjadi pesuruh yang mengurusi kebun. Padahal, itu bukan bagian dari kontrak kerja sebagai sopir.

Sebagai sopir, Trisno digaji 800 real atau setara dengan Rp 400.000 kala itu. Setelah setahun bekerja di kantor gubernur, lantaran ketidakcocokan dengan majikan, ia diberhentikan dari pekerjaannya dan disuruh pulang ke Indonesia dengan biaya sendiri. Karena tidak punya uang, ia memilih tetap bertahan di Arab.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com