Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai Berwirausaha dengan Sikap Mental Berbeda

Kompas.com - 29/09/2012, 05:56 WIB
Anastasia Joice

Penulis

KOMPAS.com - Ketika seseorang mulai berbisnis, tentu banyak ketakutan dan kendala yang dihadapi. Takut kehilangan kemapanan sebagai pegawai, yang sudah pasti terima gaji pada setiap bulan, takut kehilangan fasilitas dari kantor, hingga takut tidak dapat memenuhi kehidupan keluarga.

“Sebenarnya yang paling membuat orang tidak berdaya adalah mental,” ujar motivator dan wirausahawan Tung Desem Waringin.

Sikap mental ini sangat terkait erat dengan masa lalu seseorang. Dia bercerita, ada pegawai negeri yang sebenarnya hendak memulai berwirausaha, tetapi tidak berani memulainya. Selidik punya selidik, ayahnya yang pegawai pernah berwirausaha tetapi ditipu mitra bisnisnya dan akhirnya bangkrut. Sejak saat itu ayahnya mengatakan bahwa berwirausaha itu penuh risiko dan tidak menyenangkan, lebih baik menjadi pegawai karena akan menerima gaji tetap.

“Apa yang dia dengar, dia lihat dan dia rasakan sangat melekat pada benaknya. Sikap mental ini selalu menghambat dia untuk melangkah menjadi wirausahawan. Bagaimanapun dia mengikuti pelatihan, tidak akan membuatnya menjadi berubah menjadi wirausahawan sebelum hambatan mental itu dibongkar,” kata Tung lagi.

Bagaimana membongkar sikap mental ini ? Perubahan memang memerlukan proses. Proses ini berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. “Tetapi, perubahan itu akan terjadi jika ada alasan yang sangat kuat,” kata Tung.

Berbincang dengan diri sendiri

Perbincangan dengan diri sendiri (self talk) juga berpengaruh terhadap sikap mental seseorang. Jika salah mengarahkan, akan menjadi negatif dan malahan membuat tembok halangan menjadi lebih tebal lagi.

Pertanyaan seperti “Bagaimana kalau berusaha lalu bangkrut ?” itu merupakan pertanyaan yang biasa diajukan ketika seseorang mau berwirausaha. Pertanyaan ini dapat diubah menjadi “Apa ruginya jika tidak memulai bisnis dari sekarang ?” atau “Apa untungnya jika memulai bisnis dari sekarang ?” “Itu bisa dijawab, kalau memulai dari sekarang, jika bisnis gagal maka masih ada waktu untuk memperbaikinya, keuntungannya, jika bisnis berhasil, kesempatan untuk menikmatinya juga lebih panjang,” kata Tung yang juga pernah menutup beberapa bisnisnya karena prospeknya tidak baik.

Dia juga menekankan, sesama wirausahawan sebaiknya tidak menganggap wirausaha lain sebagai saingan yang harus dijegal. Sebaliknya, wirausaha lain harus dirangkul dan diajak bekerja sama untuk bersama-sama maju.

“Kesalahan yang sering saya amati adalah para wirausahawan ingin cepat mendapatkan untung dalam jangka pendek. Padahal, berusaha itu merupakan proses dan harus dilihat dalam jangka panjang. Orang yang sukses berbisnis mampu melihat keuntungan jangka panjang ketimbang jangka pendek,” kata Tung lagi.

Artikel lain mengenai wirausaha silakan klik Inspirasi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com