Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ribuan Itik Mati Terserang "Kolera"

Kompas.com - 11/12/2012, 15:30 WIB
Kontributor Kediri, M Agus Fauzul Hakim

Penulis

KEDIRI, KOMPAS.com -  Para peternak itik atau bebek di Kabupaten Kediri, Jawa Timur tengah gelisah karena bebek mereka banyak yang mati akibat terserang penyakit yang mereka sebut kolera.

Juwana, seorang peternak itik di Kecamatan Kandat mengatakan, penyakit tersebut seakan datang secara tiba-tiba dan hampir tidak ada gejala. Sore hari masih terlihat sehat dan pagi harinya bebek-bebek itu ditemukan sudah mati bergelimpangan. "Total punya saya yang mati sudah sebanyak 300 ekor. Saat ini sudah sedikit teratasi," kata Juwana, Selasa (11/12/2012).

Tamaji, peternak lainnya juga mengatakan hal yang sama. Penyakit yang membuat bebeknya mati menurutnya adalah jenis penyakit kolera, sebab ia pernah mengalaminya sebelumnya. "Awalnya kepalanya teler, lemas lalu mati. Pada kotorannya ada warna hijau," kata pria yang mempunyai bebek sebanyak 1.500 ekor ini.

Hingga saat ini, kata Tamaji, penyakit tersebut masih menyerang, dan mengakibatkan bebeknya terus berkurang. Perharinya ada antara 5 sampai 8 bebeknya mati sia-sia. "Padahal sudah saya antisipasi dengan semprotkan obat antiseptik. Dan bangkainya juga saya kubur," imbuh Tamaji.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Dan Perikanan Kabupaten Kediri, Aprita Wiwin mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Balai Veteriner Yogyakarta untuk mengatasi keluhan peternak. "Beberapa waktu lalu sudah diambil sampelnya namun kami belum mengetahui hasilnya karena hasil lab-nya belum keluar," kata Apriati Wiwin.

Meskipun secara medis jenis penyakitnya belum diketahui, kata Wiwin, pola penanganan terhadap serangan penyakit ini menggunakan standar penanganan terhadap suspect flu burung. "Selama dua tahun ini, Kabupaten Kediri tidak pernah ada sejarah flu burung, namun penanganan awal kita tetap menggunakan standar yang ada," tandas Wiwin.

Merugi
Sejak berjangkitnya penyakit ini penghasilan para peternak turun drastis. Tamaji mengaku sering mendapat komplain dari para pelanggan bebeknya baik di Kediri maupun Solo. Bebek-bebek hidup yang ia kirim mempunyai berat badan dibawah standar sehingga mempengaruhi harga penjualannya.

"Kalau normalnya satu ekor bebek seharga Rp 35.000, tapi saat ini turun menjadi antara Rp 29.000 sampai Rp 30.000 saja, karena banyak yang kurus," kata Tamaji.

Selain berat badan, serangan penyakit itu juga mempengaruhi jumlah produksi telur. Pada situasi normal, kata Tamaji, ia mampu mengumpulkan hingga 900 butir telur dari 1.500 bebek yang ia pelihara. Namun saat ini kondisinya berbeda sehingga bebek-bebeknya itu hanya menghasilkan telur kisaran 300 butir hingga 400 butir saja perharinya. "Seperti hari ini, cuma dapat sekitar 300 butir saja," tandas Tamaji.

Padahal dengan adanya penyakit itu, kata Tamaji, ia harus mengeluarkan biaya ekstra, seperti pembelian beragam obat hingga biaya tenaga kerja tambahan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com