Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Roby Manoh dan Madu Amfoang

Kompas.com - 30/03/2013, 16:01 WIB

Oleh KORNELIS KEWA AMA

Nama madu Amfoang tidak asing bagi masyarakat Kota Kupang khususnya dan Nusa Tenggara Timur umumnya. Madu hutan ini menjadi terkenal karena asli dan memiliki khasiat khusus untuk kesehatan dan kecantikan. Hanya saja, produksi madu alam ini masih terbatas sehingga tidak mampu melayani permintaan pasar yang begitu tinggi.

Roby Manoh (56) melihat salah satu potensi sumber daya alam ini terabaikan begitu saja di hutan Timor. Sementara para tamu dari luar NTT selalu mencari cendera mata khas daerah Timor yang tidak ditemukan di daerah lain. Namun, saat itu para tamu hanya disuguhkan madu yang tidak dikelola secara profesional. Hanya dikemas dalam bekas botol air kemasan.

”Tahun 1999-2002 saya bekerja sebagai kontraktor di Kota Kupang. Namun, persaingan sebagai kontraktor ketat dan juga sering terjadi masalah. Saat itu nama madu Amfoang sedang meledak. Saya pikir mengapa saya tidak kembangkan anugerah Tuhan ini,” kata Manoh di Kupang, Jumat (8/3/2013).

Ia pun pergi magang pengelolaan madu di Balai Besar Industri Nasional di Bogor, Jawa Barat, tahun 2002. Kembali dari Bogor, Manoh mengunjungi sumber-sumber potensi madu hutan di sejumlah wilayah di kawasan Amfoang dan daratan Timor Barat lainnya.

Tahun 2003, Manoh mulai membentuk kelompok pengumpul madu. Awalnya ada 10 kelompok di Amfoang dan disebut Kelompok Amfoang. Kini, sudah terbentuk 43 kelompok, mulai dari Amfoang, Amarasi, dan daratan Timor Barat lainnya.

Nama ”Amfoang” digunakan sesuai nama sebuah daerah meliputi tiga kecamatan di Kabupaten Kupang. Sampai tahun 1990-an, menyebut madu Amfoang, orang langsung mengingat keaslian madu itu. Madu jenis ini dapat mengobati luka terbuka, mengatasi penyakit tuberkulosis, masuk angin, jantung, darah tinggi, dan bisa menambah kecantikan perempuan.

Kualitas bunga

Kawasan hutan seluas hampir 1.000 hektar di Amfoang memiliki beberapa jenis pohon khas, seperti cendana (Santalum album), kayu putih (Eucalyptus sp), dan kenari (Canarium amboinense Hoch). Bunga pohon-pohon ini sangat diminati lebah yang setiap hari berkeliaran di hutan.

”Lebah penghasil madu tidak diternakkan. Jika diternakkan, berpotensi menggunakan bahan kimia. Karena itu, saya tetap menjaga keaslian madu, mulai dari hutan, proses pengambilan, penyimpanan, sampai penjualan,” kata Manoh yang kini usahanya dibantu 20 karyawan.

Madu dengan standar ekspor harus memiliki kadar air 18 persen, panas 40-60 derajat celsius, kadar air maksimal 21 persen, dan debu (abu) 1 persen. Namun, madu Amfoang memiliki kadar air 16-17 persen dan panas 55-60 persen di dalam kandungan madu dan abu (debu) 0,6 persen.

Pendiri dan pemilik CV Amfoang Jaya ini mengatakan, madu yang dijual di ruang pamer miliknya di Sikumana, Kota Kupang, dan dikirim ke Jakarta, Surabaya, Denpasar, dan Timor Leste telah melalui proses deteksi ketat. Ada sebuah laboratorium dan tabung pendeteksi untuk memantau keaslian madu.

Madu itu dibeli dari 43 kelompok binaan CV Amfoang Jaya dengan jumlah anggota sekitar 1.500 orang. Setiap kelompok beranggotakan 25 orang. Harga madu Rp 25.000 per botol (650 ml). Rata-rata setiap kelompok mendapat madu 20 botol per pekan atau 600 botol per bulan.

Mereka mencari lebah (madu) di hutan-hutan sekitar. Biasanya madu diambil dari lebah gantung. Tidak ada perbedaan antara madu batu dan madu pohon. Kualitas madu ditentukan oleh jenis makanan (bunga) yang diisap lebah.

Madu diambil dari hutan oleh kelompok dengan teknik khusus, sesuai kearifan lokal, tidak menebang pohon, atau merusak hutan. Mereka diajari bagaimana mengambil sarang madu, memperoleh madu, lilin madu, dan menyimpannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Daftar 30 Mitra Distribusi Pembelian Sukuk Tabungan ST012 dan Linknya

Whats New
Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Lowongan Kerja PT Honda Prospect Motor untuk S1, Ini Persyaratannya

Whats New
Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km Per Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com