Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Presiden: Jika BBM Naik, Pasti Ada Kompensasi

Kompas.com - 08/04/2013, 14:12 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, jika harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dinaikkan, maka kebijakan kompensasi untuk rakyat yang terkena imbas pasti dilakukan. Hanya saja, kata Presiden, hingga saat ini kebijakan terkait BBM bersubsidi masih dibahas.

Hal itu dikatakan Presiden SBY ketika membuka musyawarah nasional Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) ke IX di Jakarta, Senin (8/4/2013). Ketika itu, Presiden menjawab sikap Apindo yang mendukung kenaikan harga BBM untuk kepentingan nasional. Sikap tersebut disampaikan Ketua Apindo Sofjan Wanandi.

"Kalau setelah kita hitung dengan seksama suatu saat harga BBM harus kita naikkan dan rakyat tidak mampu terpukul akibat itu, maka adilnya mereka harus dapat kompensasi. Bagi saya, memberi kompensasi kepada rakyat miskin manakala BBM naik itu harga mati. Tidak fair, tidak adil kebijakan yang kita bikin ini tapi yang menderita rakyat miskin. Mari kita bikin fiskal bagus tapi orang miskin tidak menderita," kata Presiden.

Presiden menyinggung penolakan dari berbagai pihak, khususnya dari parlemen terkait kompensasi dari kenaikan harga BBM. Di periode pertama pemerintahan SBY, kompensasi kenaikan harga BBM dari pemerintah melalui program bantuan langsung tunai (BLT). Program itu dinilai hanya untuk pencitraan untuk meningkatkan dukungan rakyat terhadap parpol pemerintah.

Presiden lalu berseloroh atas penolakan itu. "Kalau takut kompensasi nantinya untuk untungkan parpol tertentu, begini saja. Ketika kita memberikan kompensasi kepada orang miskin, semua bendera parpol tolong dikibarkan di situ. Bahwa ini kehendak kita semua, kehendak pemerintah, kehendak parlemen," ucapnya disambut tawa para pengusaha yang hadir.

Presiden menambahkan, pemerintah masih membahas masalah BBM sebelum kebijakan diambil. Salah satu opsinya, menaikkan harga BBM bersubsidi. Hanya saja, kata Presiden, masih dipertimbangkan apakah kenaikan harga BBM itu dipukul rakat atau hanya untuk kalangan yang tak layak menerima subsidi.

"Poin saya, orang miskin harus dilindungi, tapi makro ekonomi dan fiskal kita sehat. Subsidi jadi adil dan tepat sasaran. Dunia usaha silahkan memberikan pandangan. Tapi jelas prioritas kami tahun ini dan tahun depan fiskal jadi lebih sehat," kata Presiden.

Ikuti artikel terkait di Topik Subsidi BBM untuk Orang Kaya?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

    BTN Cetak Laba Bersih Rp 860 Miliar pada Kuartal I 2024

    Whats New
    Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

    Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

    Whats New
    Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

    Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

    Whats New
    Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

    Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

    Rilis
    INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

    INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

    Whats New
    Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

    Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

    Whats New
    OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

    OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

    Rilis
    Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

    Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

    Whats New
    Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

    Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

    Work Smart
    INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

    INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

    Whats New
    Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

    Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

    Whats New
    Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

    Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

    Whats New
    Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

    Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

    Whats New
    Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

    Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

    Whats New
    Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

    Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

    Whats New
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com