Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga BBM Naik, Kuota Bisa Tetap Jebol

Kompas.com - 19/04/2013, 14:02 WIB
Didik Purwanto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah menyatakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi khusus mobil pribadi bukan untuk menghemat anggaran subsidi. Tapi untuk menekan beban subsidi supaya lebih kecil dari sebelumnya.

"Rencana kenaikan harga BBM itu bukan menguntungkan kita dalam bentuk tunai (cash in) tapi hanya memberikan dampak beban subsidi menjadi lebih kecil," kata Wakil Menteri Keuangan Anny Rahmawati di kantornya, Jakarta, Jumat (19/4/2013).

Saat ini, anggaran subsidi energi mencapai lebih dari Rp 300 triliun termasuk di dalamnya anggaran subsidi untuk BBM di atas Rp 220 triliun. Dengan rencana kenaikan harga BBM ini memang akan sedikit menekan anggaran subsidi minyak. Anny kini lebih mewaspadai pada kuota BBM bersubsidi yang akhir tahun ini ditargetkan bisa mencapai 46 juta kiloliter (KL).

Meski ada rencana kenaikan harga BBM, pemerintah masih khawatir bila kuota BBM tersebut bisa jebol. "Meski dinaikkan harganya dan nanti malah tidak ada penghematan, maka kuota bisa jebol ke 48-53 juta KL," tambahnya.

Sehingga pemerintah meminta pengendalian distribusi BBM bersubsidi bisa tetap berlangsung baik dan menjaga kuota tetap pada targetnya di akhir tahun nanti.

Pemerintah saat ini belum bisa menghitung secara pasti rencana penghematan anggaran subsidi minyak ini. Sebab hal ini akan sangat tergantung dengan harga minyak dunia (ICP) dan perubahan kurs rupiah terhadap dollar AS. Pada prinsipnya, rencana kenaikan harga BBM ini dinilai akan mengurangi defisit baik defisit anggaran maupun defisit neraca perdagangan Indonesia.

"Ini memang agar sehat fiskalnya, sebab kita perlu fiscal space yang harus tetap tumbuh," tambahnya.

Apalagi Dana Moneter International (IMF) baru saja merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2013 ini hanya sebesar 6,3 persen. "Bila kita defisit terus, nanti akan berdampak ke pertumbuhan ekonomi Indonesia. Padahal kita ingin agar pertumbuhan bisa di atas 6 persen agar bisa memperluas kesempatan kerja dan mengentaskan kemiskinan," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com