JAKARTA, KOMPAS
Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin, dalam keterangan pers di Jakarta, Senin (6/5), menyatakan, produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2013 adalah Rp 2.146 triliun. PDB adalah indikator pertumbuhan ekonomi yang banyak digunakan karena dianggap paling mencerminkan kondisi makroekonomi suatu negara.
Realisasi PDB triwulan I-2013 tersebut jika dibandingkan dengan realisasi PDB triwulan I-2012 mengalami pertumbuhan sebesar 6,02 persen. Sumber pertumbuhan utama berasal dari konsumsi rumah tangga sebesar 2,87 persen.
Berikutnya adalah pembentukan modal tetap bruto sebesar 1,44 persen serta ekspor barang dan jasa 1,62 persen dikurangi impor barang dan jasa sebesar 0,16 persen. Belanja pemerintah adalah sumber pertumbuhan terkecil, yakni 0,03 persen.
Dari sisi produksi, pertumbuhan triwulan I-2013 didukung olah hampir semua sektor, kecuali pertambangan dan penggalian yang turun 0,43 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 9,98 persen.
Dari sisi sebaran, pertumbuhan masih didominasi Jawa dan Sumatera. Kontribusi kedua daerah itu adalah 57,7 persen dan 23,99 persen. Sisanya dari Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara. Kontribusi terkecil dari Maluku dan Papua.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, pertumbuhan ekonomi triwulan I-2013 melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2012. Ini antara lain disebabkan penyerapan belanja pemerintah belum tinggi, terutama belanja modal yang memiliki efek ekonomi berantai.
Meski demikian, ia optimistis pertumbuhan akan menguat pada triwulan berikutnya meski tak akan mencapai target asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2013. Dari target 6,8 persen, ia memperkirakan realisasinya mengarah ke 6,4 persen.
Secara terpisah, Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, A Tony Prasetiantono menyatakan, pelambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2013 sudah banyak diperkirakan. Kombinasi sejumlah faktor menjadi penyebabnya.
Inflasi yang relatif tinggi selama triwulan I-2013 dibandingkan triwulan sebelumnya, yakni 2,43 persen, menggerus daya beli masyarakat. Akibatnya, belanja rumah tangga melambat.
Penyerapan anggaran pemerintah, kata Tony, juga melambat. Salah satunya akibat masih banyaknya blokir anggaran di sejumlah kementerian dan lembaga negara karena belum menuntaskan pembahasan anggaran tahun 2013.