JAKARTA, KOMPAS.com - Jika pemerintah berani menaikkan harga BBM bersubsidi, defisit neraca pembayaran diperkirakan akan membaik dan menjadi 2,2 persen dari produk domestik bruto.
Ekonom Bank Danamon, Dian Ayu Yustina and Anton H. Gunawan menjelaskan dengan dinaikannya harga BBM bersubsidi, hal itu akan mengurangi disparitas harga dengan BBM non-subsidi. Kondisi itu tentunya akan mengurangi impor BBM.
"Kami melihat adanya persepsi positif terhadap perekonomian apabila kenaikan harga BBM jadi dilaksanakan. Di sisi lain, sektor ekspor diperkirakan akan pulih, seiring membaiknya kondisi perekonomian global," ujarnya dalam siaran pers Kamis (16/5/2013).
Namun demikian, dua analis tersebut memperkirakan defisit neraca pembayaran belum ada perbaikan yang signifikan pada triwulan II tahun ini karena kondisi perekonomian global yang masih lesu. Diperkirakan, tekanan pada triwulan II tidak terlalu besar, karena peningkatan arus modal masuk melalui penerbitan global bond akan sedikit membantu mempersempit defisit neraca pembayaran.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat defisit transaksi berjalan pada triwulan I 2013 mencapai sebesar 2,4 persen terhadap PDB, atau turun dari 3,5 persen terhadap PDB pada triwulan sebelumnya.
Perbaikan defisit transaksi berjalan disebabkan oleh membaiknya kinerja neraca perdagangan yang didorong oleh penurunan impor yang cukup tajam, khususnya barang-barang konsumsi, sementara beberapa komoditas ekspor nonmigas tetap tumbuh positif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.