Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tekanan Rupiah Sementara

Kompas.com - 28/05/2013, 03:48 WIB

Jakarta, Kompas - Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menyatakan, neraca pembayaran Indonesia tahun 2013 diproyeksikan membaik. Kondisi itu akan membuat stabilitas nilai tukar rupiah lebih terjaga. Pengamat mengingatkan agar rupiah jangan menembus Rp 10.000 per dollar AS.

”Ke depan, dengan prospek neraca pembayaran Indonesia yang lebih baik, stabilitas nilai tukar rupiah tahun 2013 dapat tetap terjaga. Ini dengan mempertimbangkan bahwa perkembangan nilai tukar rupiah sampai 24 Mei 2013 rata-rata Rp 9.700 per dollar AS,” kata Agus dalam paparannya kepada Komisi XI DPR, di Jakarta, Senin (27/5).

Neraca pembayaran Indonesia adalah faktor fundamental yang memengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah. Neraca pembayaran Indonesia triwulan I-2013 mengalami defisit 6,6 miliar dollar AS.

Ada sejumlah alasan dari membaiknya kinerja neraca pembayaran di tiga triwulan berikutnya. Alasan itu adalah ekspor membaik menyusul adanya perbaikan perekonomian global, impor juga diperkirakan berkurang seiring menurunnya permintaan domestik serta meningkatnya aliran modal masuk, terutama berupa penanaman modal asing.

Prospek perbaikan neraca pembayaran tersebut, kata Agus, sudah terlihat dari data terakhir BI. Per awal triwulan II-2013, arus modal masuk kembali meningkat. Ini antara lain didorong oleh penerbitan global bonds pemerintah dan pembelian obligasi pemerintah oleh non-resident.

Cadangan devisa per akhir April 2013 meningkat dari bulan sebelumnya menjadi 107,3 miliar dollar AS atau setara dengan 5,8 bulan impor. Sementara pembayaran utang luar negeri pemerintah di atas standar kecukupan internasional.

Selama triwulan I-2013, menurut Agus, nilai rupiah mengalami tekanan yang lebih moderat dibandingkan periode sebelumnya. Nilai tukar rupiah selama triwulan I-2013 secara rata-rata mencapai Rp 9.680 per dollar AS dengan volatilitas yang masih terjaga. Berarti rupiah hanya melemah 0,7 persen dibandingkan triwulan IV-2012.

Anomali rupiah

Pengamat pasar uang Farial Anwar menyatakan telah terjadi anomali rupiah setidaknya dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir. Kondisi itu terjadi pada saat volatilitas nilai dollar AS akibat belum stabilnya perekonomian AS. Kondisi ini membuat mata uang negara-negara di Asia pun menguat secara tahun kalender hingga pekan lalu, seperti ringgit Malaysia, yuan China, dan baht Thailand.

”Telah terjadi anomali terhadap rupiah. Hal itu terjadi karena adanya kekeringan likuiditas dollar AS. Yang ingin memegang dollar AS dibandingkan dengan yang ingin menjual tidak sebanding,” kata Farial.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com