Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines

Kompas.com - 11/03/2014, 20:24 WIB

Oleh: Chappy Hakim
KOMPAS.com -
Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) baru saja menyatakan bahwa tahun 2012 adalah ”the safest year in the history of aviation”. Hal tersebut dikemukakan mengacu pada tingkat terendah kecelakaan yang terjadi pada 2012.

Sekadar perbandingan, pada 2012 hanya terjadi satu kecelakaan dari 5 juta keberangkatan. Pada 2011, terjadi satu kecelakaan dari setiap 2,7 juta keberangkatan. Hal itu berarti meningkat hampir dua kali lipat. Kenaikan tingkat keamanan terbang dinikmati oleh masyarakat penerbangan internasional seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi aviasi.

Namun, kemajuan teknologi yang pesat tidak pernah memberikan jaminan keamanan seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang memengaruhi keamanan terbang, betapapun tingginya tingkat keamanan yang sudah dicapai. Bergerak di bidang yang teknologis sifatnya, dituntut kepatuhan yang tinggi terhadap semua regulasi dan ketentuan yang mengiringinya.

Sedikit saja kompromi diberikan terhadap aturan dan regulasi, maka dipastikan akan merupakan tindakan yang membuka peluang terjadinya kecelakaan. Berangkat dari pemahaman tersebut, penyelidikan terhadap penyebab terjadinya kecelakaan selalu berorientasi pada regulasi atau ketentuan mana yang telah diabaikan. Kenyataannya, dalam dunia penerbangan, data pelanggaran atau kompromi terhadap aturan biasanya kerap menjadi petunjuk awal penyebab terjadinya sebuah kecelakaan.

Sabtu, 8 Maret 2014, sebuah pesawat Boeing 777-200 milik maskapai penerbangan Malaysia Airlines System (MAS), nomor penerbangan MH370, hilang dalam rute Kuala Lumpur ke Beijing, China. Lenyapnya MH370 yang tiba-tiba ini, dalam arti tidak sempat mengirimkan pesan tanda darurat atau emergency signal, memunculkan banyak spekulasi terhadap apa yang telah terjadi. Dalam masa lebih dari 2 x 24 jam tanpa petunjuk apa pun, menambah lagi dugaan tentang apa yang sebenarnya dialami oleh MH370 tersebut.

Lenyapnya sebuah pesawat tanpa sempat mengirimkan pesan keadaan darurat, dipastikan bahwa sesuatu yang sangat mendadak telah terjadi. Apabila tidak mendadak, pilot pasti akan mengirimkan pesan keadaan darurat seperti yang ditentukan dalam prosedur standar penerbangan. Ini mengacu pada Civil Aviation Safety Regulation dari Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO). Walau tidak selalu ”bom” dari tersangka teroris yang menyebabkannya, ledakan yang merusak adalah salah satu penyebab hilangnya pesawat secara tiba-tiba tanpa sempat memberikan waktu bagi pilot mengirimkan pesan melalui radio atau peralatan komunikasi lainnya.

Untuk hal ini, adanya temuan awal bahwa ada dua penumpang MH370 yang menggunakan paspor palsu tentu harus diselidiki dengan cermat. Agak sulit diterima akal sehat kenapa mereka harus menggunakan paspor palsu. Apalagi, ada temuan lain, empat orang membatalkan ikut penerbangan itu.

Walau terlalu dini untuk mengatakan bahwa bom dan teroris yang menyebabkan pesawat MH370 lenyap, penelitian lanjutan seyogianya harus dilakukan. Minimal, kelengahan di jajaran imigrasi akan memberikan ”pelajaran” mahal dalam urutan pelaksanaan prosedur pemberangkatan penumpang pesawat udara.

Maskapai penerbangan Malaysia memiliki catatan cukup baik dalam konteks keamanan terbang. Di sisi lain, Boeing 777-200 adalah pesawat yang masuk dalam kategori the safest wide body aircraft. Pesawat angkut besar pertama dari Boeing yang menggunakan sistem fly by wire yang melengkapi dirinya dengan banyak penyempurnaan, termasuk dalam safety devices atau peralatan penunjang keamanan terbang pesawat. Pilot yang mengawaki adalah seorang pilot senior yang sangat berpengalaman terbang di Malaysia Airlines.

Pertanyaan yang ramai muncul, mengapa pesawat berteknologi tinggi dan sangat modern bisa lenyap dalam penerbangannya. Mengapa pesawat canggih bisa (kemungkinan besar) mengalami kecelakaan?

Untuk memahami tentang pesawat modern dan canggih, patut juga melihat hasil penyelidikan National Safety Board Perancis dan Belanda dalam kejadian kecelakaan pesawat AF-447 Rio de Janeiro ke Paris pada 2009 dan pesawat Turkish Air yang undershoot, mendarat beberapa kilometer sebelum landas pacu Bandara Schiphol, Belanda.

Pada kedua hasil penyelidikan tersebut, ada catatan menarik yang hampir sama tentang kemampuan pilot dalam menghadapi situasi keadaan darurat. Pilot diragukan kemampuan menerbangkan pesawat secara manual dalam situasi darurat. Pilot terlambat menyadari terjadinya kekeliruan dalam sekuel penerbangannya.

Ada satu istilah yang sangat menarik, yaitu disebutkannya satu terminologi: automation addiction. Suatu kebiasaan yang fatal dari pilot yang selalu menggunakan autopilot sepanjang rute perjalanan penerbangannya. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap peralatan yang otomatis dicurigai sebagai penyebab turunnya keterampilan pilot menerbangkan pesawat terbang secara manual.

Pada penerbangan AF-447, sebuah Airbus A-330 yang canggih mengalami gangguan pada sensor penunjuk kecepatan pesawat yang kemudian berakibat gagalnya sistem autopilot bekerja dengan normal. Hal ini berakibat fatal karena membawa pesawat masuk ke dalam awan aktif yang menyebabkan turbulensi sangat parah. Pesawat bergerak dengan hidung yang mendongak ekstrem ke atas dan menyebabkan stall atau terjatuh. Stall sebenarnya adalah manuver berbahaya yang menjadi salah satu latihan wajib bagi pilot untuk dapat mengatasinya.

Cara mengatasi kemungkinan terjadi dan mengatasi stall, jika telanjur terjadi, harus menjadi kemampuan dasar seorang pilot sebelum diizinkan terbang. Pada penerbangan AF-447, pilot gagal mengatasi stall dan akhirnya pesawat masuk ke dalam unusual attitude tak terkendali dan secara spiral-dive menghunjam ke laut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com