SHANGHAI/SINGAPORE, KOMPAS.com - China akan menginvestasikan 77 miliar yuan atau sekitar 11,9 miliar dollar AS, atau Rp 158,62 triliun (kurs Rp 13.330 per dollar AS) untuk membangun infrastruktur penerbangan, menurut keterangan regulator penerbangan negara tersebut.
Administrasi Penerbangan Sipil China atau Civil Aviation Administration of China (CAAC) mengatakan bahwa investasi ini akan fokus pada pengembangan bandara, dengan 11 proyek kunci dan 52 proyek lain yang masih berhubungan dengan peningkatan fasilitas.
"Sektor penerbangan secara umum, terutama riset pengembangan pesawat terbang, jadi topik hangat untuk pengembangan industri dan kekhawatiran sosial," kata Feng Zhenglin, Kepala CAAC, kepada Xinhua.
Secara terpisah, kabinet China menyatakan akan mendukung pengembangan industri aviasi di negara tersebut dan membuka penerbangan rendah, kemungkinan untuk pasar helikopter dan pesawat kecil.
"Jika dibuka, maka akan memberikan manfaat kepada industri pariwisata China, layanan medis dan sektor pelatihan pilot yang mengoperasikan pesawat ringan dan helikopter," ujar Greg Waldron, Asia Managing Editor di perusahaan publikasi Flightglobal.
Saat ini, militer China merupakan pihak yang mengontrol udara dan pesawat militer memiliki prioritas diatas penerbangan sipil. Gara-gara adanya zona militer khusus, maka kadang rute penerbangan spil jadi lebih jauh.
"Namun saya ragukan, jika China akan membiarkan warganya bebas menggunakan pesawat seperti di Australia dan AS. Sebab di China amsih banyak larangan," lanjut Waldron.
Jika aturan tersebut dibuka, maka permintaan untuk pesawat ringan akan naik pesat. China saat ini hanya punya 1.600 pesawat ringan dan sekitar 80 bandara untuk jenis pesawat ini, sejak 2013.
Berdasarkan sejumlah proyeksi, China akan butuh 10.000 pesawat ringan untuk memenuhi permintaan pasar.
Sebagai perbandingan, AS memiliki 300.000 pesawat ringan dan 24.000 bandara sejak 2013.