Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jual Kecantikan Saja Tidak Cukup...

Kompas.com - 24/05/2016, 13:00 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

KOMPAS.com - Seiring gencarnya pemerintah pusat mendorong sektor pariwisata, hasrat di daerah pun melonjak.

Dengan lantang, para gubernur atau bupati menyatakan bahwa daerahnya siap mengembangkan sektor pariwisata.

Modalnya jangan ditanya. Potensi kecantikan alam di daerah tersebut menjadi barang yang siap dijual.

Namun, apa benar pengembangan pariwisata bermodal kecantikan alam saja cukup?

Menelisik ke Dalam

Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli punya cara mengukur kesiapan suatu daerah menjadi destinasi pariwisata kelas dunia.

Salah satu acuannya, tidak hanya terpaku kepada modal alam Indonesia saja.

"Kalau jual keindahan, semua negara di dunia punya banyak keindahan," ujar Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli saat berbicara dengan pemerintah daerah di Larantuka, Flores Timur, pekan lalu.

Dalam kunjungannya ke sejumlah daerah, Rizal kerap menyampaikan wejangan kepada Pemerintah Daerah untuk menelisik lebih dalam potensi pariwisata yang bisa dikembangkan.

Salah satu hal yang ia selalu bicarakan dalam kunjungannya ke beberapa daerah adalah kekuatan sejarah sebagai pendorong sektor pariwisata.

Coba tengok bagaimana pemerintah mulai mengembangkan pariwisata Danau Toba, Sumatera Utara . Selain punya modal kecantikan, kekuatan sejarah itu mulai ditonjolkan.

"Toba itu kan gunung purba yang meletus. Akibatnya terjadi perubahan cuaca dunia. Ini kalau cerita ini disebarkan ke seluruh dunia, orang mau datang ke Danau Toba. Kami yakin Danau Toba jadi daerah turis nomor dua setelah Bali," kata Rizal.

Di daerah lain, potensi pengembangan pariwisata melalui sejarah layaknya Danau Toba, juga bisa dikembangkan.

Dari 10 destinasi unggulan peristiwa yang akan dikembangkan pemerintah, ada sejumlah destinasi yang juga menonjolkan kesejarahannya.

Misalnya, Danau Toba, Candi Borobudur, dan Morotai yang terkenal dengan peninggalan perang dunia keduanya.

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com