Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Assad
Penulis

Pengusaha, Pembicara, Penulis | @MuhammadAssad | muh_assad@yahoo.com

Arti Kekayaan yang Sesungguhnya

Kompas.com - 08/06/2016, 07:52 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Sekitar sebulan yang lalu, pada tanggal 12 Mei 2016, bertempat di Ritz-Carlton Pacific Place Jakarta, saya diundang menjadi pembicara di acara tahunan Bank Permata, Wealth Wisdom: True Essence of Wealth.

Acara ini menghadirkan belasan pembicara top dari dalam dan luar negeri, seperti T.P. Rachmat, Adam Khoo, Elizabeth Dunn, Dian Sastrowardoyo, Hamish Daud, Indra Lesmana, Eva Celia, dan Mariska Prudence. Saya merasa terhormat bisa menjadi bagian dari deretan pembicara di acara ini.

Pertama kali mendapatkan undangan ini di akhir tahun 2015, saya begitu bersemangat karena acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada banyak orang tentang wholistic wealth, yaitu sebuah konsep kekayaan menyeluruh dalam diri manusia yang bukan hanya sekedar uang dan materi. Saya senang ada acara berskala nasional yang concern dan mengangkat tema ini.

Karena biasanya di acara-acara lain saya seringkali diminta untuk berbicara tentang bagaimana cara mendapatkan uang, uang dan uang. Dunia seakan hanya berisi tentang hal-hal yang bersifat duniawi.

Memang sebagai seorang pengusaha, saya sehari-hari dihadapkan pada kenyataan bagaimana cara mengembangkan usaha yang dijalani dan mendapatkan sebanyak-banyaknya profit dari bisnis yang dijalankan.

Namun, semakin bersemangat saya mengejar uang, semakin hampa hidup saya. Semua itu ternyata adalah hal yang semu.

Makanya dalam acara ini saya mencoba untuk berbicara dengan point of view yang berbeda tentang arti kekayaan. Saya ingin memperlebar arti kekayaan yang sesungguhnya sehingga dapat memberikan kebahagiaan lahir dan batin.

Saya memberikan seminar dengan judul Spiritual Awakening and Social Giving Towards A Wealthy Life. Gambaran besar dari judul yang saya bawakan adalah bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai spiritual dalam kehidupan dan bisa memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi orang lain.

Saya memulai seminar dengan sebuah pertanyaan sederhana, “What is Success?

Di tengah dunia yang serba materialistis dewasa ini, banyak manusia yang menjalani hidup layaknya robot. Setiap hari terpenjara dengan rutinitas pekerjaan yang seakan tiada henti demi mencapai satu tujuan: uang.

Benda ini begitu dielu-elukan, disanjung dan diperjuangkan sampai titik darah penghabisan. Cara mencarinya menjadi tidak penting lagi, yang penting harus dapat. Saling hantam dan saling sikut, bahkan dengan sahabat dan keluarga sendiri, dianggap hal yang lumrah untuk mendapatkan benda ini.

Mereka lupa, bahwa hidup ini tidak selamanya. Mereka lupa, bahwa hidup ini bukan hanya sekedar mengumpulkan pundi-pundi kekayaan. Mereka lupa, bahwa hidup ini tidak hanya tentang materi kebendaan.

Semua itu terjadi karena otak dan pikiran sudah tertutup oleh syahwat dan nafsu duniawi. Ya, itulah manusia yang memang tidak pernah puas dengan apa yang dimiliki. Saat belum punya kendaraan, ingin punya motor. Saat sudah punya motor, ingin naik mobil. Saat sudah punya 1 mobil, ingin punya 2 mobil. Tidak ada habisnya.

KOMPAS Ilustrasi
Sampai kapan kita harus menjadi ‘budak’ dunia? Hidup ini terlalu indah dan berharga untuk dihabiskan hanya untuk mengejar dunia dan seisinya. Kekayaan yang sesungguhnya berupa keberkahan hidup, kesehatan badan, kebersamaan dengan keluarga tercinta, dan kebahagiaan saat bisa berbagi dengan sesama.

Seperti sabda Nabi Muhammad, “Kekayaan bukanlah dari banyaknya harta benda, namun yang utama adalah kekayaan hati.” (HR. Bukhari)

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com