Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Permintaan Konglomerat dan "Rayuan" Sri Mulyani...

Kompas.com - 29/09/2016, 07:49 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Para konglomerat Indonesia pekan lalu diajak makan malam bersama Presiden Joko Widodo dalam rangka sosialisasi tax amnesty. Hadir pula dalam acara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani.

Kantor Sekretariat Presiden juga merilis Menkeu Sri Mulyani dikelilingi para pengusaha besar di sela-sela acara tersebut. Lantas, apa saja yang dibicarakan di antara mereka, dan apa saja yang diminta para konglomerat tersebut?

(Baca: Ketika Sri Mulyani "Dikepung" Para Konglomerat)

Pemilik Sriwijaya Air, yang juga ikut dalam perbincangan itu, Chandra Lie kepada Kompas.com mengungkapkan ada sejumlah permintaan yang diajukan oleh para pengusaha kepada Sri Mulyani.

Salah satu yang diminta pengusaha kepada Sri Mulyani dalam perbincangan itu adalah memperpanjang waktu periode tax amnesty untuk besaran tebusan 2 persen.

Menurut Chandra, pengusaha meminta agar tebusan 2 persen itu bisa diperpanjang hingga akhir tahun 2016, dari kebijakan awal pada akhir September 2016.

"Karena sudah ditetapkan, kebijakan tarif tebusan 2 persen itu tidak bisa diubah. Namun dalam perbincangan itu disepakati bahwa untuk berkas administrasi tebusan 2 persen bisa dilengkapi hingga akhir tahun, sepanjang pengusaha telah menyerahkan tebusannya terlebih dulu sebelum 30 September 2016," ujarnya Rabu malam (28/9/2016).

Para pengusaha akhirnya sepakat dengan jalan tengah yang ditawarkan tersebut. Mereka juga siap menyukseskan program tax amnesty yang digagas pemerintah, setelah mendapat jaminan kepastian hukum dan keamanan.

"Para pengusaha menjadi yakin untuk ikut program tax amnesty. Soalnya di sana hadir juga Panglima TNI, Kapolri. Ini yang membuat kami mendapat kepastian bahwa ada jaminan yang diberikan pemerintah kepada kami," kata Chandra.

Rayuan Menteri Keuangan

Sementara itu, salah seorang pengusaha besar yang juga terlibat dalam pembicaraan tersebut mengungkapkan, Sri Mulyani sempat "merayu" para konglomerat agar ikut menyukseskan program pengampunan pajak.

Hal ini dilakukan Sri Mulyani, menyusul "curhat" Presiden Joko Widodo dalam jamuan makan malam itu yang mengatakan bahwa capaian tax amnesty masih di bawah ekspektasi.

"Ibu Sri Mulyani bilang 'Ayolah, ikut bantu sukseskan tax amnesty. Ini demi kepentingan negara dan masyarakat.' Setelah berbicara dan mendapatkan jaminan, kami sepakat untuk ikut program ini," kata pengusaha tersebut yang mewanti-wanti Kompas.com untuk tidak menyebut namanya.

Menurut pengusaha ini, tingkat kepercayaan pelaku usaha kepada pemerintah cukup tinggi setelah digelarnya jamuan makan malam tersebut. Ini karena Presiden, Kapolri, hingga Panglima TNI menyatakan "pasang badan".

Pasang badan yang dimaksud adalah memberikan dukungan maksimal kepada pengusaha terkait kepastian hukum bagi peserta tax amnesty. Bahwa nantinya tidak ada tuntutan hukum yang ditimpakan kepada pengusaha setelah mereka mengikuti program ini.

"Kami jadi yakin, tax amnesty ini akan sukses. Kami para pengusaha berkomitmen untuk menjadikan program ini tercapai," ujarnya.

Hingga kemarin sore pukul 17.00 WIB, total tebusan tax amnesty yang dicatat mencapai Rp 54,27 triliun. Adapun repatriasi mencapai Rp 127,6 triliun dan deklarasi harta mencapai Rp 2386,33 triliun. Dengan demikian total harta yang diikutkan dalam program tax amnesty ini mencapai Rp 2.513,94 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Kartu Prakerja Gelombang 66 Resmi Dibuka, Berikut Persyaratannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com