Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Produk Tekstil Indonesia Kalah Saing dengan Vietnam dan Bangladesh

Kompas.com - 12/04/2017, 18:56 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Produk industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia masih kalah bersaing dengan produk asal Vietnam dan Bangladesh. Hal itu terlihat dari nilai ekspor produk tekstil Indonesia pada 2016 yang hanya mencapai 11,9 miliar dollar AS, sedangkan Vietnam mencapai 30 miliar dollar AS.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat memaparkan, setidaknya ada beberapa hal yang menghambat perkembangan industri tekstil nasional. Ade mengatakan, persoalan pertama yang dihadapi industri tekstil nasional adalah mahalnya tarif listrik di Indonesia.

"Pertama dari segi makro adalah masalah energi karena energi di Indonesia termahal dibanding kompetitor Vietnam dan Bangladesh," ungkap Ade di kantor API, Jakarta, Rabu (12/4/2017).

Kemudian, menurut Ade, masalah kedua adalah hambatan biaya logistik dan sarana infrastruktir yang belum sepenuhnya mendukung perkembangan industri tekstil.

"Setiap tahun penduduk bertambah, kendaraan bertambah dan jalan tidak bertambah sehingga produk logistiknya menurun. Moda transportasi pakai kereta api juga ada keterbatasan, karena harus full container load, nggak bisa less than container load (LCL)," ungkapnya.

Ade menambahkan, permasalahan lainnya adalah terkait dengan sistem birokrasi dan perizinan yang belum berpihak kepada sektor induatri.

"Ketiga yang namanya persaingan global, untuk menangkan itu perlu efisiensi di segala bidang, kita sudah tidak efisiensi mesin, management, energi. Tapi listrik ada di BUMN dan logistik ada di pemerintah. Dwell time, karantina, prosedur ekspor impor bahan baku kita masih lama?" jelas Ade.

Padahal menurutnya saat ini kecepatan menjadi sesuatu yang vital dalam menghadapi persaingan yang ketat.

"Di sini kecepatan menjadi hal utama untuk menangkan persaingan," tuturnya.

Kemudian, permasalahan pengenaan bea masuk produk tekstil Indonesia di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa.

"(Impor) ke Uni Eropa dan AS kena 10 persen-17 persen bea masuk, Vietnam dan Bangladesh nol persen. Kita (Indonesia) dianggap negara maju karena Indonesia masuk ke G20 jadi dianggap negara maju," ujarnya.

Investasi

Sementara itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, sepanjang tahun 2016 nilai investasi TPT mencapai Rp 7,54 triliun.

Industri ini mampu menghasilkan devisa sebesar 11,87 miliar dollar AS dan mampu menyerap sebanyak 17,03 persen dari total tenaga kerja industri manufaktur.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com