Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Diminta Serius Bina Petani Garam

Kompas.com - 08/08/2017, 11:11 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan kelangkaan garam yang terjadi saat ini akibat pemerintah belum serius dalam hal pembinaan petani garam. Dengan itu, produksi garam nasional tidak mampu mencukupi konsumsi garam dalam negeri.

"Harusnya gentle, oke memang kami (pemerintah) masih abai melakukan pembinaan petani ke depan kami akan serius, itu baru gentle kalau bilang kartel sama saja menakuti anak-anak hati-hati disana ada hantu susah membuktikan," ujar Pengamat dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (8/8/2017).

Selain itu, lanjutnya, di samping membina petani garam, pemerintah juga perlu mendorong pelaku usaha swasta agar berminat mengembangkan industri garam nasional dengan diberikan berbagai kemudahan.

"Swasta kalau untungnya tidak terlalu besar tetapi jika diberi kemudahan yang baik-baik saya rasa mau masuk," tambahnya.

Hermanto menegaskan, agar pemerintah tidak mencari kesalahan pihak lain tetapi mengakui kesalahannya dan memperbaiki agar kelangkaan garam tidak terjadi di kemudian hari.

"Jadi kalau sudah ada masalah karena tidak tercapai target yang dituduh itu kartel, yang dituduh itu mafia yang memang tidak bisa dibuktikan dan jangan seperti itu," kata dia.

Namun demikian, Hermanto menilai, persoalan garam yang terjadi seharuanya sudah bisa diantsiipasi oleh pemerintah dengan melakukan perhitungan antara produksi garam nasional dan tingkat kebutuhan garam.

"Kelangkaan sebenarnya sangat sangat sangat bisa diprediksi, konsumsi perkapitanya relatif tidak berubah, tetapi satu hal adalah penduduknya terus bertambah jumlah rumah tangganya juga bertambah. Total kebutuhannya gampang diprediksi setiap tahunnya," jelasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Maritim Abdul Halim mengatakan, diperlukan sinergitas dan langkah yang tepat dari pemerintah dalam mengembangkan pergaraman nasional.

Dia mengingatkan produksi garam pada 2016 hanya sebesar 118.056 ton atau setara 3,7 persen dari 3,2 juta ton yang menjadi target pemerintah pada 2016.

"Agar hal serupa tidak terulang kembali, pemerintah mesti memperbaiki kinerjanya di bidang pergaraman dan lebih mengedepankan semangat gotong-royong demi tercapainya target swasembada dan meningkatnya kesejahteraan 3 juta petambak garam di Indonesia," ujar Abdul Halim.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Bulog Siap Jadi Pembeli Gabah dari Sawah Hasil Teknologi Padi China

Whats New
Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Bulog Baru Serap 633.000 Ton Gabah dari Petani, Dirut: Periode Panennya Pendek

Whats New
Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com