Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelas Menengah Atas Tahan Belanja, Ini Kata Pemerintah

Kompas.com - 08/08/2017, 18:45 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution membantah telah terjadi penurunan daya beli masyarakat.

Hal itu ia sampaikan saat ditanya wartawan terkait rilis data BPS terkait pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017.

"Kalau dilihat konsumsi 4,95 persen normalnya kan 5 atau sedikit di atas 5 persen, itu tidak mengonfirmasi terjadi pelemahan (daya beli)," ujarnya di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/8/2017).

Meski begitu, pemerintah mengakui sebagian masyarakat justru menahan belanja pada kuartal II 2017. Hal itu ditenggarai lantaran pada kuartal II 2017 terdapat Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran.

Menurut Darmin, masyakarat justru menahan belanja jelang Lebaran lantaran ada momen pulang kampung. Pemerintah menilai hal ini sebagai sesuatu yang normal-normal saja.

"Jangan lupa masyarakat kita itu pas mau Lebaran itu nahan uang dulu karena mau pulang kampung, mau belanja dia di kampung, supaya keren. Itu sangat normal. Umunnya begitu," kata Darmin.

Sebelumnya, BPS mencatat mencatat konsumsi tumbuh 4,95 persen pada kuartal II 2017, lebih kecil bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,07 persen.

Meski begitu BPS menyatakan bahwa hal ini bukan disebabkan oleh penurunan daya beli, namun karena adanya kecenderungan masyarakat kelas menengah atas menahan konsumsi.

Kepala BPS Suharyanto menuturkan, keputusan masyarakat kelas menengah atas menahan belanja dipengaruhi sejumlah faktor diantaranya faktor psikologis menunggu kondisi ekonomi ke depan.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Haryadi Sukamdani mengatakan, masyarakat kelas menengah atas menahan belanja justru karena tidak memilki kepercayaan penuh untuk melakukan pengeluaran.

Meski begitu, ia menilai daya beli masyarakat kelas atas masih ada namun tidak disalurkan sehingga berdampak kepada tingkat konsumsi. Sementara itu tingkat konsumsi masyarakat kelas bawah juga terganggu akibat turunnya upah riil buruh bangunan dan buruh tani.

Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi Institute For Economic and Development Finance (Indef) Bima Yudhistira menilai, motif masyarakat kelas menengah atas menahan belanja memang lebih dipengaruhi faktor kehati-hatian.

"Orang kaya lebih banyak saving, motif menahan konsumsi lebih ke jaga-jaga karena melihat outlook ekonomi dan resiko politik ke depan," kata Bima.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com