Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asosiasi Pengusaha Ritel: Kami Tidak Ingin Bikin Gaduh

Kompas.com - 09/08/2017, 19:30 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengungkapkan, data penurunan penjualan ritel dan pelemahan daya beli yang disampaikan ke publik beberapa waktu lalu merupakan fakta lapangan.

Saat ini, data penurunan penjualan ritel dan daya beli yang disampikan Aprindo menuai pro dan kontra. Pemerintah hingga beberapa analisis bahkan menyanggah telah terjadi penurunan daya beli masyarakat.

"Kami tidak ingin bikin gaduh," ujar Wakil Ketua Aprindo Tutum Rahanta dalam acara diskusi PAS FM di Jakarta, Rabu (9/8/2017).

Ia menuturkan, Aprindo sudah mengecek kondisi riil di lapangan pasca Lebaran lalu. Hasilnya sejumlah penjualan ritel memang mengalami penurunan.

Terkait besaran penurunan penjualan ritel, Aprindo menuturkan untuk ritel makanan bisa terlihat dari penjualan di minimarket dan supermarket.

Ada yang masih bertahan namun ada juga yang penjualannya turun 5-10 persen. Sementara itu penjualan ritel pakaian ada yang turun 5 persen, 10 persen, bahkan 20 persen.

Namun bila dirata-tata, penurunan penjualan ritel pakaian 5-15 persen. Aprindo juga sudah mengumpulkan pemilik atau CEO industri ritel Indonesia untuk mengkonfirmasi laporan penurunan penjualan itu. Diakui Aprindo tidak semua pelaku usaha ritel penjualannya turun.

"Yang masih sedikit positif tapi mereka mengatakan sudah cenderung arahnya ke lemah makanan dan minuman lalu mainan anak-anak," kata Tutum.

Aprindo juga mengaku sudah mengecek indikasi pergeseran pola belanja masyarakat dari konvensional ke online di luar jangkauan Aprindo.

Namun setelah di cek ke industri pemasok produknya, Aprindo tak menemukan peningkatan produksi atau permintaan. Ia berharap agar kondisi mikro ekonomi ini juga menjadi perhatian pemerintah.

Jangan sampai, ekonomi makro tumbuh namun kondisi mikronya justru turun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 4,95 persen di kuartal II 2017.

Angka ini lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,07 persen. Meski begitu BPS menuturkan tidak ada penurunan daya beli.

Masyarakat terutama kelas menengah atas justru menahan belanja dan memilih menyimpan dana di bank.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi kuartal II 2017 sebesar 5,01 persen, lebih kecil dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,18 persen.

Bila dibandingkan kuartal I 2016, maka pertumbuhan ekonomi kuartal II stagnan. Sebab, pada kuartal I 2017, pertumbuhan ekonomi juga sebesar 5,01 persen.

Kompas TV Kompas Bisnis akan membahas ekspor yang menjadi penopang ekonomi di triwulan pertama 2017 dengan ekonom Universitas Indonesia

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com