Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Firdaus Putra, HC
Komite Eksekutif ICCI

Ketua Komite Eksekutif Indonesian Consortium for Cooperatives Innovation (ICCI), Sekretaris Umum Asosiasi Neo Koperasi Indonesia (ANKI) dan Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED)

Indonesia Merdeka dalam Studi Masa Depan

Kompas.com - 19/08/2017, 18:16 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

SULIT sekali mencari jurusan atau program studi Futures Studies atawa Studi Masa Depan di kampus-kampus negeri ini. Bahkan sekaliber Universitas Indonesia (UI) pun, sependek saya tahu, belum memilikinya.

Di sisi lain, visi Indonesia 2045 sebagai tonggak seabad Indonesia merdeka telah dikumandangkan di mana-mana.

Sayangnya, kadang kita lupa bahwa memori sosial bangsa ini cukup pendek. Tak perlu sampai 2045, banyak masalah politik, ekonomi, korupsi, HAM, lingkungan hidup dari tahun-tahun sebelumnya yang menumpuk. Sampai-sampai salah satu stasiun televisi membuat program khusus, "Melawan Lupa". Ya, untuk mengingatkan bangsa ini soal pekerjaan-pekerjaan rumah yang belum terselesaikan.

Memori sosial yang pendek itu membuat Indonesia seringkali gagap masalah. Biasanya kita selesaikan masalah dengan cara tambal sulam. Sulam di sana, sulam di sini. Tentu ini ironi bagi negeri yang telah berumur 72 tahun.

Bila kita ketik "Indonesia Futures Studies" atau "Studi Masa Depan Indonesia" nyaris tak ditemukan di laman awal mesin pencarian. Beberapa kajian masa depan tentang Indonesia justru muncul dari kampus-kampus Australia, Singapura, Inggris dan lainnya. Di Indonesia sendiri, miskin.

Lalu, bagaimana kita melalui Indonesia 2045 dengan sebaik-baiknya di zaman yang penuh turbulensi dan disruptif di sana sini?

Sinyal masa depan

Sejak tahun 2015, kabar Indonesia akan mengalami krisis air pada 2040 sudah santer. Penyebabnya cuaca ekstrem. Peneliti dari Indonesia Water Institute mengatakan kita membutuhkan 4.000 waduk bila tak ingin bernasib seperti Afrika. Ia memberi contoh Jepang yang memiliki 3.000 waduk, Amerika 6.666 buah, dan Indonesia hanya 284 waduk.

Selain air, di masa depan Indonesia juga akan mengalami krisis energi. Yang paling cepat adalah minyak bumi, diprediksi hanya sampai maksimal 16 tahun mendatang.

Gas bumi akan habis 30 tahun ke depan, sedangkan batu bara 100 tahun mendatang (Katadata.co.id, 2016). Habisnya beberapa energi fosil yang tak terbarukan itu adalah sebuah keniscayaan. Masalahnya, apakah kita telah menyiapkan sekenario alternatifnya?

Tak luput juga beberapa peneliti mengatakan Indonesia rawan krisis pangan pada 2025 mendatang. Sinyal itu telah muncul sejak 2009 pada Symposium Internasional Agricultural Engineering Toward Sustainable Agriculture in Asia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Jasa Marga: 109.445 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek Selama Libur Panjang Paskah 2024

Whats New
Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Survei Prudential: 68 Persen Warga RI Pertimbangkan Proteksi dari Risiko Kesehatan

Earn Smart
7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

7 Contoh Kebijakan Fiskal di Indonesia, dari Subsidi hingga Pajak

Whats New
'Regulatory Sandbox' Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

"Regulatory Sandbox" Jadi Ruang untuk Perkembangan Industri Kripto

Whats New
IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

IHSG Melemah 0,83 Persen dalam Sepekan, Kapitalisasi Pasar Susut

Whats New
Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Nasabah Bank DKI Bisa Tarik Tunai Tanpa Kartu di Seluruh ATM BRI

Whats New
Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Genjot Layanan Kesehatan, Grup Siloam Tingkatkan Digitalisasi

Whats New
Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Pelita Air Siapkan 273.000 Kursi Selama Periode Angkutan Lebaran 2024

Whats New
Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Puji Gebrakan Mentan Amran, Perpadi: Penambahan Alokasi Pupuk Prestasi Luar Biasa

Whats New
Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Pengertian Kebijakan Fiskal, Instrumen, Fungsi, Tujuan, dan Contohnya

Whats New
Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Ekspor CPO Naik 14,63 Persen pada Januari 2024, Tertinggi ke Uni Eropa

Whats New
Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

Tebar Sukacita di Bulan Ramadhan, Sido Muncul Beri Santunan untuk 1.000 Anak Yatim di Jakarta

BrandzView
Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Chandra Asri Bukukan Pendapatan Bersih 2,15 Miliar Dollar AS pada 2023

Whats New
Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com