Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketegangan Geopolitik Jadi Risiko Terbesar Perekonomian Asia

Kompas.com - 20/08/2017, 11:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC

HONG KONG, KOMPAS.com - Perekonomian Asia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan perkembangan dan kemajuan yang mengesankan.

Namun, ketegangan geopolitik dipandang sebagai faktor utama yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi kawasan Asia.

Beberapa ketegangan politik tersebut antara lain agresivitas teritorial China, kegiatan nuklir Korea Utara, dan kekacauan di Gedung Putih di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump.

Menurut Richard Haas, presiden Dewan Hubungan Internasional, selama ini Asia mengalami peningkatan perekonomian karena minimnya konflik militer besar.

"Akan tetapi, faktor-faktor yang berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di Asia kini semakin berada dalam tekanan. Ini mengganggu situasi strategis yang memfasilitasi keajaiban ekonomi Asia," ujar Haas seperti dikutip dari CNBC, Minggu (20/8/2017).

Tidak seperti Eropa atau Amerika Latin, Asia belum mengalami perang besar sejak akhir Perang Vietnam pada pertengahan 1970-an, imbuh Haas.

Namun, klaim wilayah selalu merongrong Asia, mulai dari sengketa pulau antara Rusia dan Jepang pasca Perang Dunia II sampai ketegangan di Laut China Selatan. Akan tetapi, klaim tersebut belum pernah sampai meningkat ke tahap perang.

Haas menyatakan, salah satu penyebabnya adalah tidak ada negara Asia yang mau mengganggu pertumbuhan ekonomi dengan memulai perang. Demografi Asia juga membantu menjelaskan stabilitas yang terjadi selama beberapa dekade terakhir.

"Sebagian besar negara Asia relatif memiliki masyarakat yang homogen dengan identitas nasional yang kuat, sehingga konflik sipil di perbatasan negara relatif rendah," tutur Haas.

Meskipun demikian, beberapa perkembangan terakhir mengancam munculnya konflik dan mengganggu kemakmuran ekonomi Asia. Unjuk kedaulatan China yang merupakan bagian dari strategi Presiden Xi Jinping untuk menjadikan China kekuatan super global, diakui Haas sudah berada dalam kondisi mengkhawatirkan.

"Sejalan dengan China yang semakin agresif kebijakan luar negerinya, terlihat dari konflik perbatasan dengan India dan klaim teritorial di Laut China Selatan, negara-negara lain semakin termotivasi untuk meningkatkan belanja militernya. Jika ini terjadi, ada kecenderungan bahwa ketidaksepahaman atau insiden dapat meningkat menjadi konflik," terang Haas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber CNBC

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com