Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

APIC Keluarkan Pedoman Pembangunan Kota Cerdas Indonesia

Kompas.com - 24/08/2017, 17:20 WIB
Aprillia Ika

Penulis

KOMPAS.com - Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) meluncurkan Framework Kota Cerdas Indonesia versi 1.0 yang ditujukan untuk memberikan pedoman pembangunan Kota Cerdas di Indonesia.

Framework ini dikeluarkan, bertepatan dengan HUT RI ke-72 pada 17 Agustus lalu. Isinya, menyangkut, definisi, model, pengukuran kota cerdas (smart city), Dewan kota cerdas hingga tingkat kematangan kota cerdas.

Hal ini diungkapkan Ketua Asosiasi Prakarsa Indonesia Cerdas (APIC) Suhono Harso Supangkat, melalui keterangan resmi, Kamis (24/8/2017).

Dia mengatakan, persoalan yang mendera kota-kota di Indonesia karena urbanisasi, telah mengurangi kenyamanan dan keamanan kota.

(Baca: Menlu: Singapura Bangun Kerja Sama soal "Smart City" dan Digital Ekonomi)

Solusi cerdas terus diupayakan agar persoalan kota bisa diselesaikan dengan baik. Inisiasi telah dilakukan oleh berbagai pemerintahan kota dengan cara dan pendekatan yang beragam.

Solusi cerdas telah ditawarkan untuk menyelesaikannya dengan menggunakan istilah smart city atau kota cerdas.

Hal ini tidak lepas dengan adanya inovasi disrupsi yang terjadi di era internet, Big Data hingga Artificial Intelligence.

“Keberagaman pendekatan ini menjadi persepsi berbeda yang menghasilkan kemajuan yang beragam pula. Ada yang mempunyai persepsi bahwa kota cerdas itu Kota dengan aplikasi tertentu, ada juga yang mengatakan kota yang ada Command Center-nya,” kata dia.

Dari keberagaman tersebut, APIC sebagai organisasi profesi yang beranggotakan akademis, pemerintahan, industri dan komunitas telah mencoba melakukan penelitian dan pengembangan terkait Framework Kota Cerdas Indonesia (FKCI) versi 1.

Definisi kota cerdas berorientasi kepada peningkatan kualitas hidup melalui pengelolaan sumber daya kota secara efektif, efisien, inovatif dan terintegrasi.

Model kota dimulai dengan sumber daya yang kemudian diolah dan ditingkatkan melalui pengungkit (enabler), seperti manusia cerdas, infrastruktur dasar dan TIK serta tata kelola dan budaya yang baik.

Selanjutnya dibagi dalam domain dan cluster yang sangat terkait dengan (Sustainable Development Goal).

Domain dibagi tiga utama yaitu, ekonomi, sosial dan lingkungan. Setiap domain ada cluster dan layanan, seperti smart mobility, smart energy hingga smart health.

Selain itu juga dibedakan antara eGov dan smart city, serta disarankan ada organisasi Dewan Kota Cerdas yang menjadi tempat koordinasi dan payung transformasi menuju Kota Cerdas.

Dalam framework ini dinyatakan pengukuran Kota Cerdas menjadi salah satu materi penting, karena tanpa bisa mengenali dirinya sendiri maka sulit akan melakukan peta jalan, prioritas pembanguan yang harus didulukan dalam membangun Kota cerdas.

Saat ini APIC dan Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) juga mendukung ITB dalam melakukan penelitian tentang Rating Kota Cerdas Indonesia yang masih berlangsung, dengan menggunakan metoda FKCI. Menurut rencana akan melakukan pengumuman hasil pada bulan Oktober tahun ini.

FKCI versi 1 ini sedang dilengkapi dengan komponen lebih rinci lagi dengan sektor lain seperti Layanan Kesehatan Cerdas (smart health), Layanan Energi Cerdas (smart energy), Layanan Mobilitas Cerdas (smart mobility), infrastruktur cerdas dan lainnya.

Sekadar informasi, APIC adalah organisasi profesi untuk mendorong lingkungan kota, desa, kabupaten, provinsi hingga bangsa yang cerdas sesuai dengn amanah yang tertuang di UUD 45, mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini keanggotaan APIC terbuka untuk lembaga dan profesional serta mahasiswa.

Kompas TV Pendapat Ahok Tentang Hubungan dengan Legislatif

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com