Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

80 Persen Masyarakat Indonesia Lebih Senang Transaksi Non-Tunai

Kompas.com - 29/08/2017, 13:34 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan teknologi pembayaran global, Visa merilis Consumer Payment Attitudes Study tahun 2016.

Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia Harianto Gunawan menjelaskan, Visa telah menugaskan lembaga Toluna untuk melakukan penelitian secara online mengenai perilaku pembayaran dan tren di 6 negara, salah satunya Indonesia.

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2016 terhadap 500 orang berusia di atas 18 tahun dengan penghasilan lebih dari Rp 3 juta tiap bulan.

"Saat ini, 80 persen masyarakat Indonesia lebih suka menggunakan pembayaran elektronik dibandingkan dengan uang tunai. Jumlah ini meningkat dibandingkan pada tahun 2015 yang berjumlah 69 persen," kata Harianto, dalam konferensi pers yang digelar di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Selasa (29/8/2017).

(Baca: Perampokan di Daan Mogot, YLKI Ingatkan Pentingnya Transaksi Non-Tunai)

Dengan demikian, jumlah masyarakat yang mengandalkan uang tunai dalam transaksi pembayaran semakin berkurang dari 31 persen di tahun 2015 menjadi 20 persen di tahun 2016.

Dari hasil penelitian tersebut, juga didapatkan sebanyak 34 persen responden hanya membawa uang tunai dalam jumlah sedikit dibandingkan lima tahun lalu.

Alasannya, sebanyak 71 persen responden lebih suka menggunakan pembayaran menggunakan kartu, dan 59 persen menganggap membawa uang tunai tak lagi aman.

"Selain itu, sekitar 53 persen responden mengakui bahwa saat ini mereka memiliki lebih banyak kartu pembayaran dibandingkan dengan lima tahun lalu," kata Harianto.

(Baca: Transaksi Non-tunai Lebih Hemat Biaya, Ini Sebabnya)

 

Dia meyakini, tren transaksi non tunai akan semakin berkembang. Dalam penelitian Visa, lanjut dia, menunjukkan permasalahan keamanan menjadi salah satu penyebab masyarakat beralih menggunakan kartu pembayaran elektronik. Seperti kartu debet, kartu kredit, kartu ATM, dan uang elektronik.

"Responden lainnya lebih suka menggunakan metode non0tunai, karena lebih mudah dan tidak merepotkan dibanding menggunakan uang tunai," kata Harianto.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan transaksi pembayaran semakin berkembang.

Seperti contohnya, inovasi teknologi, semakin luas akses internet, semakin banyak masyarakat yang memiliki perangkat mobile, dan semakin bertumbuhnya smartphone di Indonesia.

Saat ini pertumbuhan penggunaan smartphone telah mendorong pertumbuhan perdagangan online (e-commerce).

Kompas TV Ini Manfaat Aturan Baru Gerbang Pembayaran Nasional

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com