Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelabuhan Bima Berbenah, Undang Banyak Kapal untuk Singgah

Kompas.com - 10/09/2017, 12:53 WIB
Aprillia Ika

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Kota Bima di Pulau Sumbawa, Provinsi Mataram, Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu pulau yang memiliki kekayaan komoditas pertanian dan peternakan yang melimpah. Contohnya, sapi dan bawang merah.

Untuk itu, pulau yang dapat ditempuh sekitar 1 jam perjalanan dari Lombok dengan pesawat jenis ATR ini berencana untuk melakukan pembenahan, terutama di bidang kepelabuhan. Tujuannya, agar lebih banyak kapal bersandar di pelabuhan Bima, dan memuat komoditas pertanian dan peternakan dari wilayah ini.

Pada hari ini, Minggu (10/9/2017), Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meneken kesepakatan kerja sama operasional antara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dengan PT Pelindo III untuk alih operasional Kantor Syahbandar Otoritas Pelabuhan (KSOP) Bima.

Kesepakatan ini, masih harus mendapatkan restu Kementerian Keuangan (Kemenkeu), sebab dalam rencana pengembangan bisnis pascakesepakatan, Pelindo III akan menambah panjang dermaga agar lebih banyak kapal bersandar dan muatan yang bisa dibongkar. Nilai pembangunannya sendiri ditaksir Rp 100 miliar.

Jika tak ada aral melintang, pembangunan tambahan dermaga akan dimulai pada 2018 mendatang. Dermaga yang akan mendapatkan tambahan panjang yakni dermaga Nusantara untuk bersandar kapal 5.000 dead weight ton (DWT), saat ini panjangnya 50 meter dan akan ditambah jadi 150 meter.

Kemudian, dermaga pelayaran rakyat (pelra) untuk andar kapal 2.000 DWT akan diperpanjang dari 50 meter menjadi 200 meter. Kemudian lapangan penumpukan akan dibangun 1.600 meter persegi, muat untuk 1.000 kontainer per tahun.

KSOP Bima sendiri dibangun pada 2011 dan selesai pada 2015 dengan dana APBN sebesar Rp 127 miliar. Sebelum adanya kerja sama alih operasi antara Kemenhub dan Pelindo III, pelabuhan ini dikelola bersama oleh Kemenhub dan Pelindo III.

M Junaidin, Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Bima, mengatakan dengan adanya kesepakatan ini maka operasional Pelabuhan Bima berada di tangan Pelindo III, sehingga Kemenhub tidak terpecah fokus sebagai regulator dan operator.

"Dari sisi Kemenhub, kami akan lebih hemat anggaran pembangunan dan operasional bandara. Sementara dari Pelindo III juga bisa lebih profesional mengembangkan pelabuhan ini," ujar M Junaidin, Minggu (10/9/2017).

Dampak lain, yakni akan lebih banyak kapal yang bersandar ke Bima, sebagai pelabuhan transit. Dengan banyaknya kapal yang bersandar, jadwal kapal untuk memuat komoditas dari Bima juga akan lebih pasti. Sehingga lebih banyak komoditas yang terangkut dan ujungnya akan berdampak pada perekonomian warga Bima.

Menurut M Junaidin, di Bima komoditas yang diunggulkan adalah sapi dan bawang merah. Komoditas bawang merah hanya terangkut saban Selasa dan Kamis. Komoditas ini dikirim untuk pasokan di Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua. Komoditas ini akan mencapai produktivitas puncak saat musim kemarau.

Tantangan angkutan laut untuk bawang merah ini besar. Penanganannya harus khusus sebab bawang merah cepat busuk. Untuk itu, saat ini dibutuhkan Kontainer berpendingin khusus untuk mengangkut bawang ini. Jika sudah menggunakan kontainer, maka pengirimannya bisa masuk tol laut.

"Bawang sekali kirim bisa 400 ton, atau seminggu 800 ton. Kalau ada kontainer khusus kapasitas 20 ton. Kalau ada pendingin, bawang tidak cepat tumbuh lagi," tambah M Junaidin.

Sementara untuk sapi, setiap bulan terkirim 1.500 ekor sapi. Pengiriman paling banyak ke Surabaya, serta ke Kalimantan dan Sulawesi. Pengiriman hewan ini paling banyak pakai kapal pinisi dari kayu. Oleh sebab itu, KSOP Bima inginkan tambahan kapal hewan.

Saat ini baru 1 kapal hewan dari Pelni yang mengangkut sapi dari Bima. Jika dari Kupang sudah penuh, maka peternak Bima tidak kebagian tempat.

Halaman:



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com