Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Andhy Koesnandar
Pegiat Fintech

Anggota Asosiasi FinTech Indonesia dan Co-Founder dari Cermati

Potensi dan Tantangan Produk Keuangan E-Commerce untuk Membantu Masyarakat Mencapai Tujuan Keuangan

Kompas.com - 12/09/2017, 10:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Pasar Indonesia memiliki potensi sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dengan bonus demografi yang besar dari lebih dari 250 juta populasi.

Pada 2017, PDB Indonesia sekitar 3.750 dollar AS per kapita dan diperkirakan akan tumbuh dua kali lebih cepat dari ekonomi global. Posisi Indonesia saat ini serupa dengan ekonomi China tahun 2008 ketika PDB mereka berkisar 3.471 dollar AS per kapita.

Pada tahun 2016, transaksi online di Indonesia mencapai 2 persen dari total transaksi ritel. Belajar dari perkembangan China, hanya dibutuhkan sekitar 5 tahun agar transaksi online Indonesia mencapai 10 persen dari total transaksi ritel.

Dengan perkembangan teknologi, seperti koneksi 3G/4G yang terjangkau dan maraknya penawaran smartphone yang terjangkau, pasar online Indonesia bisa lebih cepat mencapai tingkat tersebut.

Masyarakat saat ini semakin nyaman melakukan transaksi online, sehingga mereka tidak hanya membeli produk konsumsi secara online, namun melakukan berbagai hal yang lebih kompleks, seperti merencanakan perjalanan melalui penyedia jasa perjalanan online, hingga mencari informasi mengenai produk keuangan.

Produk keuangan merupakan produk yang lebih rumit dibandingkan dengan produk lain, dan informasinya sulit didapat. Kehadiran beberapa e-commerce finansial seperti Cermati menyediakan informasi dan persyaratan dari berbagai produk keuangan untuk menjadi referensi mudah bagi konsumen.

Dengan adanya berbagai jenis produk keuangan, dari kartu kredit, pinjaman pribadi, pinjaman modal usaha, kredit pemilikan rumah dan asuransi – baik dari lembaga keuangan konvensional maupun dari perusahaan tekfin; e-commerce finansial berfungsi sebagai clearing house bagi konsumen agar dapat memilih produk finansial yang terbaik secara independen.

Riset World Bank menunjukkan bahwa di Chile, akses terhadap produk keuangan mendorong pertumbuhan ekonomi, menurunkan ketimpangan pendapatan, dan membantu masyarakat untuk keluar dari kemiskinan.

Akses terhadap produk keuangan merupakan kunci bagi masyarakat Indonesia untuk mencapai tujuan keuangan.

Implementasi e-KYC (Know Your Customer) yang Lebih Luas

Meski Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan, produk keuangan e-commerce dan pemain tekfin menghadapi berbagai tantangan dalam meningkatkan skala operasi mereka.

Peraturan Pemerintah (PP) 82/2012 tentang Sistem dan Transaksi Elektronik mengatur perihal tanda tangan elektronik yang tersertifikasi dan tidak tersertifikasi.

KOMINFO menyatakan SIVION sebagai fasilitas tanda tangan elektronik pada tahun 2016. Namun, adopsi penggunaan tanda tangan elektronik cukup lambat.

Saat ini proses KYC di berbagai bank masih memerlukan pertemuan langsung dan tanda tangan basah, yang akhirnya menciptakan prosedur dua lapis secara online dan offline.

KYC offline dan manual membutuhkan waktu lebih untuk mendapatkan persetujuan (SLA) dan membatasi cakupan produk keuangan yang dapat dipasarkan melalui e-commerce.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com