Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gaya Hidup Bergeser, Orang Lebih Pilih Travelling Ketimbang Belanja

Kompas.com - 13/09/2017, 16:21 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Asosiasi Ritel Modern (Aprindo) Roy Nicholas Mandey mengakui saat ini telah terjadi perubahan pola konsumen dari masyarakat.

Baik masyarakat kelas menengah kebawah hingga kelas menengah atas sekalipun.

"Konsumen kelas menegah atas terjadi pengangguhan belanja, karena melihat situasi belum kondusif, sentimen negatif, isu politik, isu korupsi, bahkan isu pemilu, jadi wait and see konsumen yang punya uang, bukan kehilangan daya beli tapi menahan daya beli," ujar Roy saat konfrensi pers di Jakarta, Rabu (13/9/2017).

Menurutnya, saat ini kalangan menengah atas ataupun masyarakat dengan penghasilan tinggi lebih gemar menghabiskan uangnya untuk travelling dibandingkan untuk belanja di ritel modern.

(Baca: Daya Beli Melambat, Pengusaha Minta Pemerintah Jangan Berpolemik)

"Hedonisme travelling, semakin banyak pesawat pribadi yang hilir mudik di (bandara) Halim yang menyewa private jet, karena punya kemampuan menyewa, jadi tidak belanja ke ritel lagi," ungkap Roy.

Selain itu, Roy menjelaskan, prediksi pemerintah yang menyebutkan adanya bonus demografi usia produktif pada 2020 mendatang sudah mulai terjadi pada saat ini.

Menurutnya saat ini banyak usia produktif yang memiliki pendidikan tinggi tetapi tidak memiliki perkerjaan yang tetap dan penghasilan yang sesuai sehingga tidak memberikan dampak yang besar pada konsumsi.

"Adanya percepatan bonus demografi yang di prediksi tahun 2020 sekarang sudah terjadi, mall boleh ramai, parkir boleh susah, tapi yang belanja hanya sedikit, cuma makan untuk lapar dan haus," ungkapnya.

Sementara itu, Aprindo memprediksi pertumbuhan industri ritel dalam negeri akan melambat seiring dengan adanya perubahan pola konsumen.

Roy memprediksi, pertumbuhan industri ritel pada semester II 2017 tetap akan ada pertumbuhan meski alami perlambatan.

"Harapan kami (pertumbuhan) 8 hingga 9 persen, walaupun kenyataannya akan 6 persen-7 persen atau riil-nya sekitar 7,5 persen," paparnya.

Kompas TV Realisasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di Bawah Harapan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com