Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bambang P Jatmiko
Editor

Penikmat isu-isu ekonomi

Wahai Ditjen Pajak, Begini Tips Memata-matai Orang Kaya Kekinian

Kompas.com - 25/09/2017, 06:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorHeru Margianto

Hingga lebih dari 100 tahun, teori Veblen ini menjadi salah satu rujukan utama bagi berbagai pihak—mungkin salah satunya adalah Ditjen Pajak—untuk mendefinisikan siapa sebenarnya orang yang berduit itu.

Ya, orang yang berduit adalah mereka yang gemar belanja barang-barang mahal sebagai penanda bahwa mereka golongan kelas atas.

Selanjutnya pada pertengahan 2017 ini, terbitlah buku yang berjudul The Sum of Small Things: A Theory of the Aspirational Class, yang ditulis oleh Elizabeth Currid-Halkett.

Buku tersebut masih membahas tentang perilaku orang kaya, sebagaimana yang dibahas oleh Veblen. Namun, perilaku orang kaya yang ada saat ini sudah sangat berbeda dengan seabad lalu. Currid-Halkett menyebut orang kaya era sekarang sebagai “Aspirational Class” atau kelas aspiratif.

Orang kaya kekinian, menurut Currid-Halkett, hanya mengalokasikan sedikit kekayaan untuk membeli barang-barang konsumtif. Mereka juga tidak hobi mengenakan baju mewah dan barang-barang mahal yang terlihat mencolok.

Sebaliknya, kekayaan ingin mereka manfaatkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan kualitas kehidupan.

Salah satunya, mereka terobsesi dengan gaya hidup yang sehat dan berkualitas. Orang berduit sangat gemar mengonsumsi sayur dan buah organik, rutin mengikuti kelas kebugaran, yoga, parenting, dan sebagainya.

Lainnya adalah mereka ingin lebih bahagia. Caranya, mereka gemar menjalankan hobi, hingga aktif di berbagai kegiatan sosial seperti memberi bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.

Dalam hal fesyen, alih-alih mengenakan barang-barang branded yang menyolok perhatian, orang berduit lebih suka membeli barang-barang biasa dan proses produksinya tidak eksploitatif, baik terhadap alam maupun manusia.

Hal ini terkonfirmasi dari gaya hidup para miliarder dunia. Sebut saja Mark Zuckerberg yang tiap hari memilih mengenakan kaos oblong. Demikian juga Bill Gate yang memilih mengenakan arloji Casio yang harganya hanya di bawah Rp 200.000.

Di Indonesia, kita juga bisa melihat orang-orang kaya ini lebih memilih mengenakan barang-barang yang tak mencolok. Sebut saja pengusaha yang kini menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Ke mana-mana dia menenteng tas anyaman buatan UMKM asal Bawean.

Dalam kaitannya dengan politik, orang-orang berduit ini biasanya memiliki aspirasi yang sedikit berbeda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com