Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Rupiah Cenderung Melemah, Ada Apa?

Kompas.com - 27/09/2017, 20:49 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS terus bergerak melemah dalam tiga hari terakhir. Mata uang Garuda terpantau melemah sejak awal pekan ini, Senin (25/9/2017) hingga Rabu (27/9/2017).

Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), nilai tukar rupiah berada pada level Rp 13.305 per dollar AS pada Senin, kemudian melemah menjadi Rp 13.348 per dollar AS pada Selasa (26/9/2017) dan Rp 13.384 per dollar AS pada Rabu.

Adapun berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp 13.325 per dollar AS pada Senin. Rupiah kemudian melemah pada Selasa ke posisi Rp 13.374 per dollar AS dan Rp 13.445 per dollar AS pada Rabu.

Apa sebenarnya penyebab pelemahan nilai tukar rupiah tersebut? Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menjelaskan, tren pelemahan nilai tukar tidak hanya dialami oleh rupiah, namun juga beberapa mata uang asing lainnya.

"(Tren pelemahan) disebabkan oleh kenaikan permintaan dollar AS," ujar Josua kepada Kompas.com, Rabu.

Josua menuturkan, peningkatan permintaan dollar AS terjadi menyusul rencana Presiden AS Donald Trump yang bakal mengumumkan rencana reformasi pajak.

Trump bakal memangkas pajak korporasi dari 35 persen menjadi 20 persen dan juga pajak individu.

Penguatan dollar AS terindikasi dari indeks dollar AS yang menyentuh level tertingginya dalam satu bulan, yakni pada level 93,48.

Selain itu, imbal hasil obligasi pemerintah AS atau US Treasury juga mencapai level tertinggi dalam satu bulan, yakni pada level 2,29.

Pelemahan nilai tukar rupiah, imbuh Josua, juga memicu aksi jual atau sell-off pada pasar surat utang negara (SUN).

Hal ini terindikasi dari kenaikan imbal hasil SUN 10 tahun sebesar 12 basis poin menjadi 6,48 persen hari ini.

"Secara keseluruhan, pelemahan rupiah pada hari ini lebih karena faktor eksternal dari rencana pengumuman tax reform (reformasi pajak) pemerintah AS," jelas Josua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com