Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Arcandra Tahar soal Kodok di Hadapan Pengusaha Migas

Kompas.com - 29/09/2017, 21:10 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kodok nampaknya jadi hewan yang lekat dengan Pemerintahan Presiden Jokowi. Bila Presiden gemar memelihara kodok, lain lagi dengan Wakil Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (Wamen ESDM) Arcandra Tahar.

Pria berusia 47 itu menjadikan riset kodok sebagai bahan cerita andalannya. Seperti yang terjadi di Kantor SKK Migas, Jumat (29/9/2017), Arcandra bicara soal kodok di hadapan para pengusaha migas.

"Ada sebuah cerita, mungkin ada yang sudah pernah dengar tetapi saya mau cerita lagi," ujar pria kelahiran Padang, 10 Oktober 1970 itu.

"Tentang cerita kodok berkaki empat. Saat kodok itu kakinya dipotong satu, diteriakin jump, dia akan loncat. Dipotong kakinya yang kedua, teriak jump, dia lompat lagi. Kaki ketiga dipotong, diteriakin jump, dia tetap lompat dengan terlatih-tatih," sambungnya.

Namun saat kaki keempat dipotong tutur Arcandra, kodok tersebut tidak lagi melompat saat diteriaki jump. Namun para peneliti justru berkesimpulan bahwa kodok tersebut tuli setelah keempat kakinya dipotong. 

Cerita kodok tersebut tentu hanya karangan belaka. Namun bukan berarti tanpa makna. Arcandra ternyata menggunakan cerita kodok sebagai perumpamaan sektor hulu migas Indonesia.

Saat ini tutur dia, sektor hulu migas sedang mengalami penurunan eksplorasi. Namun banyak pihak, temasuk para pengusaha, mengaitkan hal itu dengan rendahnya harga minyak.

Padahal tutur dia, kegiatan ekplorasi migas di negara lain tetap tumbuh meskipun harga minyak sedang anjlok. Ia tak mau harga minyak yang rendah dijadikan alasan para pengusaha untuk stop eksplorasi.

"Sama seperti kodok tadi. Benar dia enggak bisa lompat, tetapi bukan karena tuli namun karena semua kakinya dipotong. Jangan terus menyalahkan harga minyak rendah, toh negara lain tetap berproduksi," kata Arcandra.

Pemerintah tutur dia, sudah mengenalkan skema bagi hasil atau gross split dalam industri migas. Dengan skema itu, kontraktor migas diyakini bisa tetap untung saat melakukan eksplorasi.

Namun Arcandra mengungkapkan, tak semua pengusaha menyambut baik skema itu. Sebab tutur dia, para pengusaha ingin keuntungan lebih dari 20-30 persen.

Bagi Arcandra, harapan para pengusaha migas mendapatkan keuntungan lebih dari 20-30 persen terlalu tinggi. Sebab kondisi sektor migas sedang mengalami perlambatan. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com