Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
M Ajisatria Suleiman
Pegiat Fintech

Direktur Kebijakan Publik Asosiasi FinTech Indonesia

Babak Baru Persaingan Layanan Uang Elektronik

Kompas.com - 03/10/2017, 18:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAprillia Ika

Produk uang elektronik pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2007 oleh salah satu perusahaan telekomunikasi.

Uang elektronik dimaksudkan untuk menjadi alternatif pembayaran non tunai tanpa harus memiliki rekening bank atau kartu kredit.

Sejak saat itu, beragam produk bermunculan dan penggunaan uang elektronik pun menunjukkan peningkatan.

Sepanjang tahun 2016, transaksi uang elektronik berhasil mencapai Rp 7,05 triliun, naik Rp 5,28 trilliun dari tahun sebelumnya.

Di bulan Juli 2017 sendiri, transaksi uang elektronik berhasil mencatatkan rekor tertinggi sebesar Rp 1,14 triliun.

Porsi transaksi uang elektronik dilaporkan telah mencapai 22,68 persen dari total transaksi non tunai. Jauh meningkat dibandingkan tahun 2009 yang baru mencapai sekitar 2,37 persen .

Pangsa pasar terbesar untuk penggunaan uang elektronik adalah industri ritel dengan omzet sebesar Rp 199,1 triliun di tahun 2016 dan ditargetkan mencapai Rp 219 triliun pada tahun 2017.

Di luar itu, potensi besar juga terdapat pada sektor perdagangan informal yang sampai saat ini belum memiliki pencatatan resmi.

Mobile Payment Dorong Sektor Informal

Sayangnya, apabila ditelisik lebih dalam, sebagian besar penggunaan uang elektronik masih didominasi oleh uang elektronik berbasis kartu.

Hal ini sejalan dengan berbagai program pemerintah seperti Gardu Tol Otomatis (GTO) yang hanya menerima kartu e-money sebagai alat pembayaran.

Begitu pula penyaluran beberapa subsidi dan bantuan sosial yang sudah mulai digantikan oleh kartu e-money.

Padahal dengan mindset penggunaan uang elektronik yang hanya berbasis kartu, industri ini tidak akan berkembang optimal.

Uang elektronik berbasis kartu dihadapkan pada tantangan seperti pendistribusian yang membutuhkan logistik yang tidak berbeda dengan kartu kredit dan debit, serta terminal akseptansi yang masih terbatas dan tidak murah.

Arah perkembangan uang elektronik sebenarnya cukup jelas. Indonesia dengan tingkat penetrasi pengguna telepon genggam yang melebihi jumlah penduduk, dimana lebih dari 102 juta orang merupakan pengguna ponsel pintar (smartphone), memiliki potensi besar untuk mengembangkan mobile payment.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com